Nakita.id - Ketika anak sudah memasuki usia batita dan sudah bisa memegang alat tulis, di akan senang corat-coret, termasuk di media yang tak seharusnya, seperti tembok.
Pertanyaannya, bolehkah anak dibiarkan untuk melakukan corat-coret itu di tembok?
Biasanya keinginan untuk corat-coret muncul di usia 2 tahunan.
Namanya corat-coret, tentulah hanya berupa garis-garis yang belum berarti (tahap scribbling).
Barulah di usia 3 tahunan, ia bisa menggambar betul, seperti bentuk rumah, orang, dan lainnya.
Kegiatan corat-coret bisa membantu dan melatih perkembangan motorik halusnya yang dibutuhkan nanti untuk menggambar, menulis, dan sebagainya.
Pada awalnya cara memegang alatnya masih kasar, belum halus seperti anak yang sudah besar, tapi makin lama akan makin bagus dengan seringnya anak melakukan aktivitas corat-coret ini.
Selain itu, aktivitas corat-coret juga merupakan kreativitas alamiah yang ada pada setiap anak dan menjadi media untuk mengekspresikan dirinya, baik pikiran maupun perasaan.
Jika si anak sedang marah tentu coretan-coretannya akan berbeda dengan ketika ia sedang senang.
Itulah mengapa, melukis atau menggambar sering dikatakan sebagai katarsis.
Asalkan corat-coretnya di tempat yang tepat, janganlah dilarang. Siapa tahu kelak ia jadi pelukis ternama.
Baca Juga: Tembok Penuh Coretan Krayon Si Kecil? Begini 3 Cara Mudah Untuk Menghilangkannya
Pada anak, yang penting adalah bersibuk diri secara kreatif dan menyenangkan. Ini diperlukan oleh setiap anak. Karena itu orang tua harus memberikan dukungan, jangan malah dilarang.
Kalau anak sering dilarang, jelas menghambat kreativitas, spontanitas, dan keberaniannya untuk ekspresi diri.
Selain itu, bakatnya pun akan sulit berkembang. Jangan lupa, perkembangan setiap anak merupakan hasil interaksi antara pembawaan atau potensi dengan lingkungannya.
Karena itulah, orang tua sebaiknya mendukung dan menyediakan sarana serta prasarana untuk kreativitas.
Dalam hal corat-coret, antara lain kertas gambar, papan tulis, kapur warna, pensil warna, bermacam-macam krayon, dan sebagainya. Untuk batita, alat corat-coretnya yang tepat ialah krayon dalam ukuran besar dan tebal, agar ia lebih mudah memegangnya.
Sarana dan prasarana ini penting untuk memunculkan keinginan corat-coret pada si anak. Sebab, jika anak belum pernah melihat sarana dan prasarananya, maka keinginan untuk corat-coret belum timbul.
Bila anak corat-coret bukan pada tempatnya, memang harus dilarang. Anak harus diajarkan untuk melakukan sesuatu pada tempatnya.
Setiap anak sejak kecil harus tahu tempat-tempat tertentu yang harus dijaga dan dirawat dengan baik, juga tak merugikan dan mengganggu orang lain.
Dengan demikian anak mengerti bahwa corat-coret tak boleh dilakukan di sembarang tempat.
Bisa juga dengan menempelkan kertas-kertas berukuran besar di tembok, menyediakan papan tulis atau white board, dan sebagainya di suatu pojok atau ruangan tertentu.
Hingga anak merasa punya privasi bahwa pojok ini miliknya dan ia boleh melakukan apa pun yang disenanginya tanpa harus corat-coret di tembok. (Sumber: Tabloid Nakita)
Baca Juga: 4 Manfaat Corat-coret untuk Melatih Motorik Halus Anak
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR