Nakita.id – Salah satu pemeriksaan yang wajib dilakukan pada bayi adalah skrining bayi baru lahir.
Skrining bayi baru lahir memiliki tujuan untuk mendeteksi pertumbuhan dan perkembangan bayi agar dapat berjalan dengan optimal.
Pemeriksaan skrining bayi baru lahir ini diwajibkan oleh Kemenkes yang dilakukan secara rutin maupun dalam keadaan khusus.
Setiap bayi yang baru lahir tentunya harus melakukan skrining.
Dengan melakukan pemeriksaan ini, Moms bisa mengetahui apakah ada gangguan yang ditemui sejak awal kelahiran atau tidak.
Apabila ternyata ditemukan kelainan atau gangguan, hal tersebut dapat memperoleh penanganan sedini mungkin.
Selain itu mengantisipasi penyakit yang dapat menganggu tumbuh kembang bayi dan mendapatkan generasi yang berkualitas.
Adapun skrining bayi baru lahir ini biasa dilakukan di rumah sakit.
Bagi Moms yang baru saja memiliki bayi hal ini mungkin termasuk hal yang baru.
Dan ingin tahu apa saja jenis pemeriksaan yang ada di dalam skrining bayi baru lahir.
Dilansir dari P2PMT Kemkes dan IDAI, berikut ini adalah jenis skrining bayi baru lahir.
Baca Juga: Jenis Skrining pada Bayi Baru Lahir yang Harus Segera Dilakukan
Skrining ini bertujuan untuk mendeteksi dini adanya hipotiroid kongenital/bawaan.
Hipotiroid kongenital yang tidak diobati sejak dini dapat mengakibatkan retardasi mental berat.
Program skrining hipotiroid ini memungkinkan bayi mendapatkan terapi secara dini dan diharapkan memiliki tumbuh kembang yang lebih optimal.
Skrining ini dilakukan saat bayi berusia 48-72 jam, sedikit darah diteteskan di atas kertas saring khusus. Setelah bercak darah mengering dilakukan pemeriksaan kadar hormon TSH.
Skrining ini dilakukan berdasarkan kondisi seperti :
Riwayat keluarga, gejala klinis yang timbul seperti skrining bayi baru lahir terhadap phenylketonuria (PKU) (insidens 1:10.000), Hiperplasia adrenal kongenital (insidens 1:10.000).
Maupun penyakit metabolik lainnya seperti Maple Syrup Urine disease (insidens 1:200.000), Methylmalonic academia (insidens 1:48.000).
Skrining pendengaran bayi baru lahir merupakan jenis pemeriksaan yang rutin mengingat gangguan pendengaran pada bayi dan alak sulit dideteksi sejak awal.
Dalam laman IDAI, periode kritis perkembangan pendengaran dan berbicara dimulai sejak 6 bulan pertama kehidupan sampai usia 2 tahun.
Bayi yang memiliki gangguan pendengaran bawaan bisa segera dilakukan tindakan sebelum usia 6 bulan sehingga ketika usianya 3 tahun mereka bisa mempunyai kemampun bahasa yang normal.
Faktor risiko yang diidentifikasi menyebabkan gangguan pendengaran pada bayi meliputi riwayat keluarga, kelainan bawaan bentuk telinga dan kelainan tulang tengkorak-muka hingga infeksi janin ketika dalam kandungan (infeksi toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, herpes), sindrom Down.
Skrining bayi baru lahir dilakukan pada saat usia 0-28 hari dengan pemeriksaan OAE (otoacoustic emissions).
Skrining gangguan penglihatan dilakukan di usia 2-4 minggu untuk pemeriksaan mata.
Skrining ROP ini dilakukan pada bayi berat ≤ 1500 gram atau masa kehamilan ≤ 34 minggu.
Juga pada bayi risiko tinggi seperti mendapat fraksi oksigen (Fi O2) tinggi, transfusi berulang, kelainan jantung bawaan, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, infeksi/sepsis, gangguan napas, asfiksia, perdarahan di otak (IVH).
Dengan dilakukan skrining ini bisa mencegah kebutaan pada bayi.
Skrining ini dilakukan pada bayi saat berusia kurang dari 24 jam dengan pemeriksaan pulse pulse oxymetry.
Prosedur yang dilakukan dokter akan menggunakan alat oksimeter dengan memasukan jari bayi ke alat tersebut. Alat tersebut akan menunjukan tingkat oksigen dalam darah arteri.
Bila tingkat oksigen kembali rendah, prosedur selanjutnya adalah echocardiogram.
Penyakit jantung bawaan bayi menjadi kelainan yang menjadi perhatian.
Penyakit ini dapat terjadi karena perkembangan jantung janin yang belum berkembang sempurna pada awal masa kehamilan.
Dengan mendeteksi penyakit jantung bawaan ini sejak dini tentu semakin banyak pula pilihan penanganan yang bisa dilakukan.
Baca Juga: Seberapa Penting Melakukan Skrining Pada Bayi Baru Lahir? Berikut Penjelasannya Menurut Ahli Moms
Si Kecil Tak Mau Tampil? Ini Cara Mengatasi Anak yang Malu Tampil di Depan Umum
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR