Nakita.id - Lesti Kejora alami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) oleh suaminya, Rizky Billar.
Diduga, Lesti Kejora didorong bahkan dibanting ke lantai oleh pria berusia 27 tahun ini.
Bahkan, Lesti Kejora juga diduga dicekik oleh suaminya sendiri.
Atas perbuatan suaminya itu, Lesti pun melaporkan Rizky Billar ke pihak Polres Metro Jakarta Selatan pada Rabu lalu (28/9/2022) atas tuduhan KDRT.
Kamis hari ini (6/10/2022), Rizky Billar akan diperiksa lebih lanjut oleh pihak Polres Metro Jakarta Selatan terkait kasus KDRT ini.
Sebelum Lesti Kejora dan Rizky Billar, sebenarnya sudah ada banyak sekali kasus KDRT yang terjadi di Indonesia.
Bahkan, tindakan KDRT ini dianggap wajar dilakukan oleh sebagian pasangan.
Padahal, Moms dan Dads harus ingat bahwa tindakan KDRT ini merupakan tindakan yang tidak benar.
"Apapun alasannya, KDRT bukan perilaku yang dibenarkan untuk menyelesaikan masalah atau untuk yang lainnya. Ini adalah tindakan yang tidak benar," tegas Ni Made Diah Ayu Anggreni, M.Psi, Psikolog Klinis, psikolog di Personal Growth, saat diwawancarai Nakita pada Rabu (5/10/2022).
Menurut Ayu, agar pasutri bisa tahu bahwa KDRT merupakan tindakan yang tidak benar, tentu harus paham dulu apa itu arti KDRT.
Termasuk, salah satunya adalah faktor penyebab KDRT pada pasutri.
Ayu menyampaikan, faktor individu ini ada banyak sekali.
"Seperti kepribadian, terus edukasi yang rendah. Kemudian, penyalahgunaan alkohol dan juga narkoba," ungkapnya.
"Biasanya, orang yang memiliki pengalaman atau masa lalu terkait kekerasan, seperti melihat secara langsung atau menjadi korban, bisa menjadi salah satu penyebab pelaku melakukan kekerasan," tambahnya lagi.
Selain itu, lanjut Ayu, kesulitan mengelola emosi ini juga termasuk salah satunya.
"Biasanya, orang-orang yang usianya lebih muda ini sering terjadi, karena orang di usia muda ini regulasi emosinya rendah. Juga, pengambilan keputusannya belum matang," jelas Ayu.
Faktor satu ini juga menjadi salah satu faktor penyebab KDRT pada pasutri, Moms dan Dads.
"Yang pertama itu bisa adanya konflik atau ketidakpuasan hubungan tersebut," sebut Ayu.
"Kedua adalah ketimpangan power (kekuasaan) atau edukasi antara suami dan istri," tambah Ayu.
Kemudian yang ketiga, lanjut Ayu, adalah perselingkuhan.
"Keempat adalah economy stress dalam rumah tanga atau hubungan," tambahnya lagi.
Faktor penyebab KDRT pada pasutri yang terakhir menurut Ayu adalah faktor sosial, Moms dan Dads.
Terlebih, jika Moms dan Dads saat ini status ekonomi rumah tangganya sedang rendah.
"Kemudian, hukuman secara sosial atau legal mungkin belum kuat. Mungkin sekarang akan mulai dikuatkan, tetapi kalau dulu itu belum kuat," ungkap Ayu.
"Kemudian, ketidaksetaraan hak perempuan juga menjadi salah satu faktor," lanjut Ayu menambahkan.
Selain itu, Ayu juga menyebut bahwa adanya stigma masyarakat juga menjadi salah satu faktornya.
"Adanya stigma masyarakat mengenai kekerasan itu menjadi solusi untuk menyelesaikan masalah," ungkapnya.
Ayu menyampaikan bahwa KDRT pada pasutri ini ada berbagai macam jenis.
Mulai dari kekerasan verbal, fisik, seksual, bahkan dari aspek psikologis.
"Terus ada lagi yang lebih mengontrol perilaku (pasangan). Jadi posesif," kata Ayu.
"Kita memonitor gerak-gerik pasangan seperti apa. Atau, kita membatasi akses untuk pasangan kita mendapatkan pendidikan, kemudian juga akses kesehatan," lanjutnya mengatakan.
Karena ada banyaknya jenis KDRT, Ayu sangat menyarankan agar lebih sadar dan paham dengan masing-masing jenis tersebut.
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR