Nakita.id – Jika berbicara mengenai kesuksesan si kecil di masa depan, pikiran Moms dan Dads biasanya akan langsung tertuju pada prestasi akademis. Padahal, prestasi akademis tidak menjadi satu-satunya faktor yang membuat anak dapat menapaki masa depan cemerlang.
Anak perlu menguasai life skill atau keterampilan hidup. Menurut publikasi yang diterbitkan United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF), life skill adalah sekelompok kompetensi psikososial dan interpersonal yang membantu anak untuk berhasil menghadapi berbagai persoalan di dalam bidang-bidang kehidupan.
Oleh sebab itu, Moms dan Dads sebaiknya tidak hanya fokus membentuk si kecil agar cemerlang secara akademis. Setidaknya, ada beberapa life skill yang perlu dikembangkan. Berikut adalah daftarnya.
1. Komunikasi interpersonal
Kemampuan untuk menyampaikan informasi secara verbal dan nonverbal kepada orang lain penting untuk dikembangkan sejak dini. Pasalnya, kemampuan komunikasi interpersonal diperlukan dalam berbagai situasi di masa depan.
Misalnya saja, ketika menghadapi perbedaan pendapat. Kemampuan komunikasi yang baik dapat menghindarkan seseorang dari konflik. Selain itu, kemampuan komunikasi interpersonal yang baik juga dapat menjadi modal untuk mencari solusi dari perbedaan pendapat dan konflik.
Selain itu, di masa depan, seperti di dunia kerja, komunikasi interpersonal yang baik dapat membuat si kecil mudah berkoordinasi dan bekerjasama dengan orang lain.
Begitu pula di dalam kehidupan sosial. Kemampuan berkomunikasi dapat membuat si kecil mudah beradaptasi dan terhubung dengan orang lain.
2. Empati
Si kecil perlu belajar untuk memahami dan peduli dengan perasaan serta pola pikir orang lain sejak dini. Empati menjadi life skill yang penting karena di masa depan si kecil akan berinteraksi dengan orang lain dari beragam latar belakang.
Memiliki empati yang tinggi membuat interaksi sosial si kecil menjadi luwes di masa depan. Tak hanya itu, si kecil pun bisa belajar menempatkan diri dan mengatur gaya serta cara bicara dengan orang lain dari latar berbeda-beda.
3. Keuletan
Keuletan kerap dikenal juga dengan istilah resiliensi. Adapun resiliensi merupakan skill yang sangat terkait dengan dorongan dari dalam diri serta kegigihan.
Si kecil yang memiliki resiliensi tidak mudah menyerah dalam menghadapi persoalan dan kegagalan.Pada kehidupan di masa depan, resiliensi menjadi modal untuk mengelola beban pekerjaan atau persaingan di dunia kerja.
Namun, kemampuan ini juga berguna pada usia sekolah. Si kecil yang resilien tidak mudah menyerah ketika menghadapi kegagalan dalam mata pelajaran tertentu, lebih ulet untuk belajar, dan gigih meraih cita-citanya.
4. Creative thinking dan problem solving
Kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan dapat memecahkan persoalan dengan baik juga penting untuk dikuasai si kecil. Dengan menguasai skill ini, si kecil bisa menganalisis persoalan dari berbagai sisi dan menemukan solusi yang tidak monoton atau kaku.
Untuk melatihnya Moms dan Dads perlu membiarkan si kecil menghadapi kesulitannya sendiri. Sebaiknya, Moms dan Dads tidak cepat-cepat membantu si kecil supaya ia bisa belajar menganalisis dan menemukan solusi atas persoalan yang dihadapi.
Mengembangkan kemampuan akademis sekaligus life skill
Seperti telah disebutkan di atas, keseimbangan antara kemampuan akademis dan life skill penting untuk dimiliki si kecil. Untuk membentuk si kecil yang cemerlang secara akademis dan menguasai life skill yang sudah disebutkan, Moms dan Dads dapat melakukannya dengan menguasai teknik parenting yang sesuai.
Tak hanya itu, Moms dan Dads juga dapat mempercayakan si kecil pada lembaga pendidikan seperti Kumon. Sebagai informasi, Kumon merupakan lembaga pendidikan yang menerapkan metode belajar mandiri memanfaatkan lembar kerja.
Si kecil akan dibantu oleh pembimbing. Meski demikian, pembimbing hanya berperan mengarahkan dan memberi stimulus untuk dapat menguasai pelajaran. Siswa didorong untuk mengulik pelajaran secara mandiri hingga mendapatkan jawaban.
Metode belajar ini diciptakan oleh guru matematika asal Jepang, Toru Kumon pada 1954. Metode belajar ini telah dibuktikan tidak hanya menopang prestasi akademis si kecil, tetapi juga membantu pengembangan penguasaan life skill.
Pada anak dengan usia di bawah 4 tahun, metode Kumon dapat meningkatkan kepercayaan diri dan daya lenting dalam menghadapi kesulitan. Sebab, siswa akan dibiarkan belajar secara mandiri sesuai tingkat kemampuannya. Siswa juga akan mempelajari kedisiplinan.
Pada anak dengan usia 5-12 tahun, Metode Kumon dapat menumbuhkan kedisiplinan dan kegigihan. Sedangkan pada anak dengan usia 13 tahun ke atas, metode Kumon dapat mengasah life skill tersebut secara lebih tajam.
Dengan begitu, mereka tidak hanya terampil secara akademis, tetapi juga cakap dalam kehidupan. Si kecil akan siap menghadapi persaingan ketat di masa depan.
Agar lebih efektif, Metode Kumon sebaiknya diterapkan sejak usia dini, yakni di bawah 4 tahun. Untuk mencoba dan mengetahui bagaimana belajar dengan Metode Kumon, orangtua dapat mengikutsertakan anak dalam Program Coba Gratis di Kumon.
Program ini memperbolehkan anak mencoba Metode Kumon dengan mengikuti empat pertemuan dalam dua minggu. Anak juga dapat mengikuti Tes Penempatan (TP) dan konsultasi belajar secara gratis.
Kumon menyediakan kursus bahasa Inggris dan kursusMatematika. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap tentang program Kumon serta biaya dan cara mendaftar Kumon, Anda dapat kunjungi situs web Kumon. Ikuti juga akun media sosial resmi Kumon di Instagram dan Facebook.
6 Tips Membujuk Anak Agar Nyaman Menjalani Pemeriksaan dan Perawatan Saat Sakit
Penulis | : | Sheila Respati |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR