Nakita.id – World Health Organization (WHO) menyebutkan 1 dari 10 anak lahir prematur.
Setiap tahunnya di seluruh dunia diperkirakan ada sebanyak 15 juta anak di seluruh dunia yang lahir prematur.
Adapun kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi kurang dari 37 minggu.
Dalam rangka World Prematurity Day (WPD) atau Hari Prematur Sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 November dan sejalan dengan tema tahun ini yaitu ‘A Parent's Embrace: A Powerful Therapy”, Danone Specialized Nutrition Indonesia menyelenggarakan edukasi dengan topik “Peran Orang Tua untuk Dukung Anak Prematur Tumbuh Sehat dan Berprestasi”.
Acara ini menghadirkan pembicara yakni Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpA(K) selaku Dokter Spesialis Anak Konsultan Neonatologi dan Irma Gustiana Andriani, S.Psi., M.Psi selaku Psikolog Anak dan Keluarga, secara daring pada (15/11/2022.
Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpA(K) - Dokter Spesialis Anak Konsultan Neonatologi menjelaskan anak prematur adalah anak yang dilahirkan kurang dari 37 minggu usia gestasi, pertumbuhan dan perkembangan anak-anak ini harus dipantau karena mereka masuk dalam kategori high risk atau risiko tinggi.
“Semua anak butuh dipantau, terlebih bayi prematur. Mereka punya risiko serta tantangan yang lebih kompleks dibandingkan anak-anak yang lahir cukup bulan di awal kelahirannya,” tegasnya.
Ia kemudian menjelaskan ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam tumbuh kembang anak, yaitu physical health, learning and cognition, mental health, dan quality of life.
Secara kesehatan fisik atau physical health, Prof. Rinawati menyebutkan masalah physical health yang dapat timbul pada anak lahir prematur sangat bermacam-macam, mulai dari gangguan pernapasan dan ketergantungan oksigen karena masalah pada paru hingga gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran yang harus dideteksi sedini mungkin.
Mereka juga berisiko untuk mengalami gangguan pertumbuhan stunting yang membuat pertumbuhan otaknya menjadi tidak optimal.
“Inilah mengapa pertumbuhan anak perlu dimonitor dengan pengisian grafik pertumbuhan serta pemantauan aspek perkembangan. Perhatikan kesinambungannya. Jangan pernah banding-bandingkan dengan anak lain, karena ini unik dan hanya milik si anak itu sendiri,” tuturnya.
Baca Juga: 6 Perawatan Bayi Prematur yang Tidak Boleh Moms Lewatkan
Prof. Rinawati menyebutkan secara kemampuan kognitif dan bahasa anak lahir prematur harus distimulasi agar mampu mencerna informasi serta berkomunikasi dengan orang di sekitarnya, ini nantinya akan memengaruhi keterampilan pra sekolah dan akademisnya.
“Orangtua tidak boleh acuh, pemantauan anak yang lahir dalam kondisi high risk harus terus dilanjutkan, tidak hanya berhenti sampai perawatan selesai atau sampai usia 2 tahun saja. Pemantauan anak-anak, termasuk anak risiko tinggi seperti anak yang lahir prematur harus dilakukan bahkan sampai dia memasuki usia dewasa agar berkembang menjadi SDM yang unggul,” ucap Prof. Rinawati antusias.
Ketika memasuki usia sekolah, yang tidak kalah penting untuk diperhatian menurut Prof. Rinawati adalah kesehatan metabolik anak. Karena sering kali menjelang usia remaja, muncul gejala pubertas terlalu dini karena gangguan hormon.
Inilah salah satu alasan mengapa pemantauan anak-anak prematur harus dilakukan sesering mungkin dengan melibatkan berbagai macam dokter spesialis.
Melebarkan Sayap Hingga Mancanegara, Natasha Rizky Gelar Exhibition Perdana di Jepang
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR