Sementara adat Keraton Yogyakarta, hampir sama tetapi ada tambahan seperti tarian edan-edanan atau disebut dengan beksan edan-edanan (tari gila-gilaan) karena seolah-olah tingkah penari layaknya orang gila.
Tarian ini memiliki makna sebagai sarana untuk mengusir bala, roh bergentayangan yang akan mengganggu jalannya upacara panggih.
Ada perbedaan mencolok lainnya ketika malam midodareni dalam adat Solo dan Yogyakarta.
Seperti pernikahan adat Jawa Solo ini saat Malam Midodareni ada tradisi yang dinamakan ‘upacara jual beli kembang mayang’.
Sedangkan untuk pernikahan adat Jawa Yogya, kembang Mayang sudah dipersiapkan sejak sore sebelum dilakukanya acara Malam Midodareni.
Kemudian, perbedaan lainnya bisa ditemui pada pelakasanaan Panggih.
Untuk upacara lempar sirih pada pelaksanaan panggih pernikahan adat Jawa Solo dilakukan satu kali pelemparan saja.
Dalam pernikahan adat jawa Yogya mempelai pria harus melempar 4 sirih, dan mempelai perempuannya melempar 3 linting daun sirih.
Baca Juga: Makna Pemasangan Bleketepe pada Acara Siraman Kaesang Pangarep di Solo
(Artikel ini sudah tayang di Tribun Seleb dengan judul: Beda Prosesi Siraman Kaesang Pangarep dan Erina Gudono, Ketahui Tata Cara dan Maknanya)
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR