"Dan lebih dari 70% orang tua yang disurvei tidak terlalu yakin bahwa anak-anaknya akan meminta tolong kepada mereka jika menghadapi situasi yang tidak aman saat online," tambahnya, kepada Kompas.com, Selasa (24/5/2022).
Oleh sebab itu, orang tua perlu memberikan pengawasan dan berperan sama dalam mencegah terjadinya kejahatan konten tersebut.
Hariqo menjelaskan, anak-anak perlu diberi penjelasan bagaimana menggunakan media sosial secara aman.
Salah satu caranya adalah dengan menjadikan hal itu menjadi obrolan setiap hari.
"Setiap orang tua memiliki cara tersendiri sesuai dengan karakter anak. Bagaimana menyampaikan hal itu secara ringa namun dan bisa mencapai tujuannya.
"Anak sadar dan mampu menggunakan media sosial dengan aman," katanya.
Hal tersebut perlu jadi perhatian orang tua karena Hariqo mengungkapkan bahwa adanya kekerasan yang terjadi di live media sosial berpotensi ditiru, terutama oleh anak-anak.
"Ada istilah mimikri atau mencontoh dari aksi sebelumnya. Sebut saja, ada sebuah konten live ditonton seribu orang. Dari angka itu, beberapa persen yang menonton akan terpengaruh dan mencontohnya," tambah Hariqo.
"Jadi setiap kejahatan live, berpotensi melahirkan kejahatan live lagi dan begitu seterusnya," tambahnya.
Peran keluarga dalam mendampingi anak-anak sangat penting.
Tak hanya itu, orangtua juga harus memiliki kemauan dan komitmen serta cara yang tepat untuk menyampaikan baik buruknya media sosial.
Baca Juga: Berperan Sama, Ini yang Bisa Dads Lakukan Agar Persalinan Moms Lebih Cepat dan Makin Lancar
For the Greater Good, For Life: Komitmen ParagonCorp Berikan Dampak Bermakna, Demi Masa Depan yang Lebih Baik Bagi Generasi Mendatang
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR