Nakita.id - Pada artikel ini, membagikan rangkuman materi Agama Islam Kelas X BAB 10 Kurikulum Merdeka, "Peran Tokoh Ulama dalam Penyebaran Islam di Indonesia (Metode Dakwah Islam Oleh Wali Songo di Tanah Jawa)".
Salah satu materi yang dibahas adalah Catur Piwulang dari Sunan Drajat.
Sunan Drajat adalah salah satu putra dari Sunan Ampel, dan merupakan saudara dari Sunan Bonang.
Nama aslinya adalah Raden Qosim atau juga dikenal dengan nama Syarifuddin.
Ia lahir pada abad ke-15 M. sekitar tahun 1470 M. dan wafat pada tahun 1522 M. dan dimakamkan di Desa Drajat, wilayah Lamongan, Jawa Timur.
Sunan Drajat menghabiskan masa mudanya untuk belajar agama Islam kepada ayahnya Sunan Ampel, di Ampel Denta, Surabaya.
Seperti halnya kakaknya, Sunan Bonang yang belajar Islam tidak hanya dari pesantren ayahandanya, Sunan Drajat pun memperdalam agama Islam dari para ulama yang datang bersama kapal-kapal dagang Arab.
Sunan Drajat kemudian memperoleh ilmu pengetahuan yang semakin luas dan mendalam.
Ketika berdakwah, Sunan Drajat menciptakan Catur Piwulang sebagai bekal hidup umat Islam.
Simak selengkapnya di sini.
Dalam menjalankan dakwah dan laku hidup, Sunan Drajat dikenal dengan ajaran Catur Piwulang-nya.
Apa itu?
Catur Piwulang adalah salah satu ajaran hidup yang dibuat oleh Raden Qosim atau dikenal dengan Sunan Drajat, dan masih relevan jika digunakan untuk masa sekarang ini.
Berikut adalah 4 ajaran hidup tersebut:
Artinya adalah “Berikanlah tongkat kepada orang buta.”
Di sini Sunan Derajat mengajarkan untuk memberikan pertolongan kepada orang buta.
Jadi, ketika melihat orang buta, hendaknya kita memberikan tongkat agar dia bisa berjalan.
Tetapi secara makna, kata tersebut juga bisa diartikan sebagai memberikan pengajaran pada orang yang tidak tahu.
Buta dalam kata di atas bisa diartikan sebagai orang yang tidak berilmu. Dan tongkat bisa diartikan sebagai ilmu.
Jadi, ketika kita memiliki satu ilmu, dan melihat orang lain tidak memiliki ilmu tersebut.
Sudah seharusnya kita mengajarkan ilmu tersebut.
Artinya adalah “Berikanlah makanan kepada orang yang kelaparan.”
Sunan Derajat dalam kalimat ini sungguh terlihat sebagai orang yang cinta akan sesamanya.
Dia kemudian menganjurkan pada para muridnya untuk berbuat baik, seperti memberikan makanan pada orang yang sedang kelaparan tetapi mereka tidak memiliki uang untuk membelinya.
Artinya adalah “Berikanlah pakaian kepada orang yang tidak memakai pakaian.”
Maksudnya adalah memenuhi kebutuhan bagi orang yang tidak mampu.
Seperti pakaiannya, pendidikannya dan lainnya.
Artinya “Berikanlah payung kepada orang yang kehujanan.”
Kata hujan tidak hanya bisa dimaknai sebagai hujan.
Tetapi, menurt penulis kata hujan adalah sebagai lambing dari tertimpa Musibah.
Jadi, ketika melihat sebuah musibah kita harus mau memberikan bantuan kepada orang yang terkena musibah tersebut.
Itulah ajaran dari Sunan Derajat yang kemudian dikenal sebagai Catur Piwulang.
Sebuah ajaran yang masih relevan dan bisa dipakai sampai sekarang.
Baca Juga: Kunci Jawaban Agama Islam Bagian Essay Halaman 261-262 Kelas X SMA Kurikulum Merdeka
ShopTokopedia dan Tasya Farasya Luncurkan Kampanye ‘Semua Jadi Syantik’, Rayakan Kecantikan yang Inklusif
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR