Tabloid-Nakita.com - Karena sesuatu kondisi, bayi yang baru lahir terpaksa dibawa mertua tinggal di luar kota. Setelah beberapa bulan berjalan, mulai muncul kekhawatiran bayi tidak mengenali ibunya karena diasuh mertua. Padahal, saat hamil sang ibu sudah rajin membangun bonding, dengan mengajak bicara, mengaji, bernyanyi, mendongeng, sambil mengelus perut.
Apakah anak akan rewel jika diasuh ibunya lagi? Benarkah bayi yang sejak lahir diasuh mertua akan lupa ibunya?
Dra. Mayke S. Tedjasaputra, MSI, staf pengajar bagian psikologi perkembangan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, saat bayi berusia 4 bulan, orangtua masih mudah untuk melakukan pendekatan pada anak. Biasanya bayi mulai takut pada orang asing di usia sekitar 6―8 bulan, jadi sebaiknya Mama menyempatkan waktu untuk menjenguk bayi.
Hal yang sama diungkapkan oleh Jean Wittenberg, Kepala Infant Psychiatry Program di Toronto’s Hospital for Sick Children. Dampak dari pemisahan ibu dan anak umumnya terjadi saat anak berusia sekitar 8 bulan. Sebelum usia tersebut, "Bayi tidak memiliki struktur kognitif untuk mengenali ibunya sebagai individu, atau untuk mengingatnya ketika sang ibu pergi," katanya.
Jika Mama masih belum dapat berkumpul kembali dengan bayi, usahakan untuk rutin mengunjunginya. Si kecil mungkin akan marah jika Mama meninggalkannya lagi setelah bertemu, namun menangis dan marah sebagai reaksi bayi wajar terjadi. Hal ini misalnya terjadi ketika anak harus dirawat di rumah sakit. Pastikan anak tahu bahwa Mama akan selalu kembali.
Apabila perpisahan pada bayi yang masih kecil tidak ditangani dengan baik, anak-anak yang sensitif akan terganggu secara emosional dalam waktu cukup lama, tambah Dr. Peter S. Cook, psikiater keluarga yang juga penulis buku Early Child Care: Infants and Nations at Risk. Anak-anak usia 6 bulan sampai 4 tahun termasuk yang paling rentan mengalami hal ini.
Cook menyarankan, setelah dipertemukan kembali, akan sangat membantu jika Mama dapat mengenali apa yang dialami dan dirasakan sang anak selama perpisahan tersebut. Mama perlu memahami dan menerima ketika anak merasa disakiti, marah, dan sedih, yang umumnya diwujudkan dengan menggelendot atau perilaku kekanak-kanakan lainnya. Hal itu menjadi cara anak untuk membangun kembali rasa mempercayai, mencintai, dan bekerjasama dengan orangtuanya.
Saat mengunjungi anak, Mayke menyarankan Mama dan Papa berbicara mengenai rencana pengasuhan anak. Apakah akan “diserahkan” pada mertua seterusnya, atau akan diasuh oleh Mama bersama Papa? Kalau Mama berniat mengasuh, mendidik, dan membesarkan anak, sebaiknya lakukan pembicaraan dengan suami, apa yang perlu disiasati agar anak bisa dibesarkan dengan baik.
Setelah itu bicarakan dengan mertua mengenai rencana Mama dan Papa untuk mengasuh si bayi. Mama perlu menyatakan secara baik-baik, apa yang Mama inginkan berkaitan dengan pengasuhan anak. Apabila akan merawat sendiri, sebaiknya dilakukan sejak usia sekarang agar anak lebih lekat pada ibu dan ayahnya.
(Dini/Tabloid Nakita/Today's Parent/Natural Child)
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
KOMENTAR