Nakita.id - Sebagai orangtua, Moms harus mewaspadai penyakit TBC pada anak.
Penyakit TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menular melalui udara.
Penyakit TBC dapat menyerang siapapun tanpa memandang usia, termasuk anak-anak.
Salah satu gejala yang kerap dirasakan anak adalah batuk.
Sayangnya, tak banyak orangtua yang tahu apa saja perbedaan gejala batuk biasa dan batuk TBC pada anak.
Yuk, cari tahu beberapa perbedaannya berikut ini!
Dari penyebabnya saja sudah berbeda antara batuk TBC dengan batuk biasa.
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, penyakit TBC pada anak disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri ini dapat menyerang organ lain di tubuh seperti tulang belakang, lapisan otak, hingga saluran pencernaan.
Apalagi, penyakit ini sangat mudah menular melalui udara yang terpapar bakteri.
Sementara itu, batuk biasa disebabkan oleh infeksi virus, asma, alergi, atau iritasi di saluran pernapasan.
Baca Juga: Waspada Anak Terkena TBC, Kenali Ciri-ciri dan Pengobatan yang Tepat
Perbedaan berikutnya yang sangat terlihat jelas bisa Moms lihat dari lamanya batuk.
Batuk TBC sendiri berlangsung lebih dari 3 minggu, Moms.
Hal ini dikaternakan bakteri TBC sulit diberantas dan terus berkembang di saluran pernapasan, sehingga batuk tak kunjung sembuh.
Di sisi lain, batuk biasa dapat berlangsung sebentar atau beberapa hari saja.
Bahkan, bisa hilang sendiri tergantung dari penyebabnya.
Anak yang menderita TBC biasanya akan mengeluarkan dahak berwarna hijau atau kuning.
Hal ini dikarenakan dahak tersebut sudah bercampur bakteri.
Bahkan, dalam beberapa kasus, batuk TBC juga dapat disertai bercak darah.
Sedangkan pada gejala batuk biasa, dahak yang keluar biasanya berwarna bening.
Perbedaan batuk berikutnya yang juga perlu Moms waspadai dapat dilihat dari tahapan kemunculannya.
Untuk batuk biasanya sendiri umumnya muncul secara tiba-tiba.
Baca Juga: Kenali Ciri-ciri TBC pada Bayi dan Cara Pengobatan yang Tepat
Lalu, batuknya akan menghilang cepat dalam beberapa hari.
Sementara itu, anak dengan TBC biasanya melalui dua tahapan setelah terinfeksi, yakni tahap laten dan tahap aktif.
Pada tahap laten, bakteri sudah masuk masuk ke dalam paru-paru, tetapi belum menyebabkan keluhan dan belum menular karena bakteri belum aktif.
Saat memasuki tahap aktif, penderita akan mengalami keluhan seperti batuk yang cukup parah.
Pada tahap ini pula, penyakit TBC dapat menular kepada orang lain.
Untuk waktu peningkatan dari tahap laten ke tahap aktif dapat berbeda-beda, Moms.
Ada yang memakan waktu beberapa minggu, bahkan ada pula yang membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Penyakit TBC pada anak pada dasarnya bisa disembuhkan.
Dengan catatan, anak rajin meminum obat-obatan selama waktu yang sudah ditentukan dokter sebelumnya.
Untuk pengobatan TBC biasanya berlangsung selama 6-9 bulan tanpa berhenti.
Jika berhenti di tengah-tengah, maka anak harus memulai lagi dari awal.
Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu, Kenali Perbedaan TB Aktif dan TB Laten di Sini
Namun sayangnya, bakteri TBC akan menjadi lebih resisten terhadap obat-obatan tersebut.
Sehingga, lebih sulit diobati dan biaya berobat menjadi lebih mahal.
Sementara itu, pengobatan batuk biasa akan bergantung dari penyebab itu sendiri.
Jika batuk disebabkan oleh bakteri lain, biasanya dokter akan memberikan obat antibiotik selama 5-14 hari tergantung dari jenis bakterinya.
Perbedaan batuk yang terakhir ini juga harus Moms waspadai.
Pada gejala batuk biasa, umumnya tidak disertai gejala lain yang khas.
Akan tetapi, pada gejala batuk TBC, biasa ada beberapa gejala yang menyertainya.
Diantaranya demam, menggigil, berkeringat di malam hari, nafsu makan hilang, berat badan turun drastis, nyeri dada, hingga sesak napas.
Nah, itu tadi 6 perbedaan yang bisa Moms temukan dari batuk biasa dan batuk TBC pada anak.
Apabila masih ada pertanyaan yang berkaitan dengan penyakit TBC pada anak, Moms bisa berkonsultasi dengan dokter spesialis.
Semoga informasi diatas bermanfaat ya, Moms.
Baca Juga: Bukan karena Sentuhan Kulit, Ternyata Ini Hal yang Membuat Penularan TBC
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR