Banyaknya informasi yang beredar mengenai “aturan” menyusui kerap membingungkan, terutama bagi Mama yang baru melahirkan anak pertama. Tak jarang, kebingungan ini sampai membuat Mama stres hingga aliran ASI-nya terhenti! Agar aktivitas menyusui berjalan lancar dan nyaman, yuk, pahami fakta di balik ketujuh mitos menyusui di bawah ini!
MITOS #1: Mama hanya boleh mengonsumsi “makanan sehat”
FAKTANYA: Mama boleh makan apa saja asalkan sesuai dengan prinsip gizi seimbang. Alih-alih berfokus pada jenis makanan “sehat” dan “tidak sehat”, lebih baik pastikan makanan yang Mama konsumsi sehari-hari telah mengandung beragam unsur gizi penting, seperti: karbohidrat, protein, lemak, dan serat. Kecuali jika Mama atau Papa atau ada anggota keluarga yang memiliki riwayat alergi terhadap makanan tertentu, maka lebih berhati-hatilah dalam menyantap makanan tersebut.
MITOS #2: Mama tidak boleh mengonsumsi makanan pedas karena ASI-nya akan ikut menjadi pedas.
FAKTANYA: Makanan yang dikonsumsi Mama akan diolah terlebih dahulu oleh tubuh, baru kemudian zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya akan digunakan menjadi bahan membuat ASI. Jadi, ASI yang keluar tidak akan memiliki rasa yang sama dengan makanan yang dikonsumsi Mama. Justru, cabai merupakan salah satu tumbuhan dengan kandungan vitamin C cukup tinggi. Selama makanan pedas yang dikonsumsi Mama tidak menimbulkan gangguan pencernaan, maka tak ada yang perlu dikhawatirkan.
MITOS #3: ASI perah (ASIP) tidak boleh disimpan terlalu lama karena akan berubah menjadi darah.
FAKTANYA: Mitos ini sangat menyesatkan. ASIP yang disimpan secara layak dalam lemari pendingin (pada suhu 4 derajat Celsius), kondisinya dapat terjaga dengan baik selama 24 jam. Sementara ASIP yang langsung didinginkan, kemudian dibekukan (pada suhu minus 18 derajat Celsius atau lebih rendah) bahkan dapat awet selama 3—6 bulan dan tidak akan berubah menjadi darah. Banyak Mama bekerja yang setiap hari menyetok dan menyimpan ASIP hingga berminggu-minggu akan membantah mitos ini.
MITOS #4: ASI akan basi jika Mama tidak menyusui bayi selama berjam-jam.
FAKTANYA: Mama tidak perlu khawatir karena ASI di dalam payudara selalu berada pada kondisi baik dan siap diminum oleh bayi di waktu kapan pun. Jadi, meski Mama telah berjauhan dengan bayi selama berjam-jam, misalnya, karena harus bekerja dari pagi sampai sore, Mama dapat langsung menyusui si buah hati begitu sampai di rumah. Tak perlu mengeluarkan atau membuang ASI terlebih dahulu sebelum menyusui bayi ya, Ma.
MITOS #5: Mama perlu membuat jadwal menyusui yang jelas dan teratur bagi bayi, misalnya, setiap dua jam atau tiga jam sekali.
FAKTANYA: Bayi tidak bisa mengatur atau menunda rasa lapar dan haus seperti orang dewasa. Bayi akan minta menyusu ketika ia merasa lapar dan haus. Ini tak bisa diatur dalam suatu jadwal tertentu karena kebutuhan menyusunya berbeda setiap saat. Adakalanya bayi sekali menyusu mengisap banyak ASI sehingga ia akan minta menyusu kembali 2—3 jam setelahnya. Tetapi, di lain waktu bayi bisa saja mengisap lebih sedikit ASI sehingga sejam kemudian ia akan meminta menyusu kembali. Oleh karena itu, daripada membuat jadwal menyusu yang terpaku pada jam tertentu, lebih baik Mama menyusui bayi berdasarkan kebutuhan atau permintaannya. Setiap kali ia menangis karena lapar atau haus, segera susui ya, Ma. Jangan ditunda hanya karena Mama beranggapan belum jamnya bagi bayi untuk kembali menyusu.
MITOS #6: Saat puting Mama luka dan berdarah, maka harus segera setop menyusui!
FAKTANYA: Semakin sering Mama menyusui, semakin cepat pula luka pada puting akan sembuh. Sebabnya, pada ASI terdapat kandungan vitamin E alami yang berkhasiat menyembuhkan luka di kulit. Sebagaimana dijelaskan dalam situs AIMI, darah dari luka yang terminum oleh bayi memang dapat membuatnya lebih sering gumoh, tetapi tak berbahaya bagi bayi. Jika Mama tidak sanggup menyusui kala puting luka, beristirahatlah selama 1—2 hari dan berikan ASIP kepada bayi. Untuk membantu penyembuhan luka, oleskan ASI pada puting yang luka sesering mungkin dan perbaiki pelekatan kala menyusui agar terhindar dari lecet atau luka.
MITOS #7: Mama yang stres, ASI-nya tidak dapat keluar.
FAKTANYA: Faktor emosi memang memegang peranan sangat penting dalam kelancaran menyusui. Stres dapat menyebabkan produksi ASI terhambat, meski sifatnya hanya sementara. Apabila pemicu stres dapat diatasi dan kondisi emosional Mama kembali normal, relaks, dan bahagia, ASI pun dapat kembali keluar. Ingat ya, Ma, aktivitas menyusui sendiri dapat mendorong tubuh memproduksi hormon oksitosin yang akan membuat Mama tenang dan senang. Jadi, bila Mama sedang dalam kondisi resah dan merasa hendak didera stres, tetaplah konsisten menyusui untuk menjaga bonding dengan bayi sekaligus meredam stres secara alami. (*)
Alia An Nadhiva. Foto: dailytelegraph.co.uk
Penulis | : | Santi Hartono |
Editor | : | Santi Hartono |
KOMENTAR