Disamping kembalinya para pejuang kepada keluarganya, saat itu pengetahuan keluarga tentang usia nikah sangat rendah.
Hal ini dikarenakan keinginan untuk mengganti keluarga yang sudah gugur dalam peperangan, mengakibatkan pernikahan dini tinggi.
Minimnya kesiapan menikah dini memengaruhi tingginya angka kematian ibu dan bayi saat itu.
Dalam sejarah tercatat pada 29 Juni 1970 menjadi puncak kristalisasi pejuang Keluarga Berencana untuk memperkuat program Keluarga Berencana (KB).
Hari itu kemudian dikenal sebagai dimulainya Gerakan KB Nasional dan sebagau hari kebangkitan keluarga Indonesia, di mana kesadaran untuk membangun keluarga ke arah keluarga kecil bahagia sejahtera melalui KB cukup tinggi.
Dengan keberhasilan KB, pada tahun 1992 Presiden Republik Indonesia saat itu menetapkan 29 Juni sebagai Hari Keluarga Nasional.
Adapun inisiator penetapan Hari Keluarga Nasional digagas oleh Prof. D. Haryono yang merupakan ketua Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di era Presiden Suharto.
Penetapan ini dilatarbelakangi pemberian penghargaan kepada rakyat Indonesia yang terlah berjuang merebut dan mempertahanan RI dengan meninggalkan keluarganya.
Haryono menyampaikan tiga pokok pikiran mengenai gagasannya itu kepada Presiden Soeharto yang berisi:
1. Mewarisi semangat kepahlawanan dan perjuangan bangsa.
2. Menghargai dan mengingatkan tentang perlunya keluarga bagi kesejahteraan bangsa.
Baca Juga: Deretan Film Bertema Keluarga, Lucu dan Buat Terharu Sampaikan Pesan Moral yang Baik
3. Membangun keluarga menjadi keluar yang bekerja keras serta mampu berbenah diri menuju keluarga sejahtera.
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR