1. Apakah tema yang diangkat faktual dan tidak menyinggung SARA?
2. Apakah isi naskah sudah sesuai dengan tema?
3. Apakah terdapat kritik yang disampaikan dalam naskah?
4. Apakah kritik disampaikan secara santun dan tidak menyinggung suku, agama, ras, dan antargolongan atau menampilkan kekerasan, sadis, pornoaksi, bias gender, dan ujaran kebencian?
5. Apakah terdapat unsur humor dalam naskah?
6. Apakah humor disampaikan secara menarik dan santun. Apakah humor yang disampaikan tidak menyinggung suku, agama, ras, dan antar golongan atau menampilkan kekerasan, sadis, pornoaksi, bias gender, dan ujaran kebencian.
Dalam menampilkan lawakan tunggal, peserta didik wajib menguasai naskah. Sehingga tidak tampak membaca saat menampilkannya.
Penting untuk memperhatikan kesantunan dalam berbahasa.
Meskipun anekdot atau lawa kan tunggal mengandung unsur kritik, kritik yang disampaikan harus santun tanpa menggunakan kata-kata kasar.
Penggunaan kata “maaf” atau “permisi” tidak dilarang dalam menyampaikan lawakan tunggal, terlebih saat akan mengkritik orang yang ada di depan kita. Selain itu, kritik yang disampaikan harus berdasarkan fakta yang valid agar dapat lebih diterima oleh pihak yang
dikritik atau audiensi.
Kesantunan dalam berpakaian dan bersikap pun harus diperhatikansaat kalian ingin menampilkan lawakan tunggal.
Baca Juga: Langkah Membuat Komik Potongan dari Teks Anekdot, Bahasa Indonesia SMA Kelas X Kurikulum Merdeka
BERITA POPULER: Pekerjaan Suami Arie Rieyanthie yang Selingkuh hingga Manfaat Cuci Wajah Pakai Air Tajin
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR