Nakita.id - Bisa dikatakan percuma jika pemerintah mengambil langkah tegas upaya pencegahan stunting namun keluarga tidak memiliki langkah tegas.
Ini karena keluarga terutama orang tua menjadi ujung tombak keberhasilan pencegahan stunting.
Pasalnya, kebiasaan dan berbagai upaya yang dilakukan keluarga menjadi faktor utama dalam pencegahan stunting.
Stunting atau kondisi ketika balita memiliki tinggi badan dibawah rata-rata.
Mengutip dari laman Kemkes, stunting diakibatkan asupan gizi yang diberikan, dalam waktu yang panjang, tidak sesuai dengan kebutuhan.
Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.
Alhasil jika generasi stunting, maka masa depan kualitas anak bangsa dapat terancam.
Hal ini juga dibenarkan oleh Presiden Joko Widodo.
Mengutip dari Kompas, Joko Widodo mengungkapkan ada sejumlah dampak bahaya dari stunting (gagal tumbuh) pada anak.
Salah satunya, menyebabkan kemampuan belajar anak yang rendah.
"Dampak stunting ini bukan hanya urusan tinggi badan. Tetapi yang paling berbahaya adalah rendahnya kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan munculnya penyakit-penyakit kronis yang gampang masuk ke tubuh anak," ujar Jokowi di Kantor Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Jakarta Timur, Rabu, melansir dari Kompas.
Baca Juga: Hindari Risikonya, Ini Upaya Pencegahan Stunting pada Bayi yang Bisa Dilakukan
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR