Melalui gambaran ini, kita sebagai umat Islam diingatkan, agar jangan menjadi umat yang kufur nikmat.
Jadilah umat atau pribadi yang pandai mensyukuri nikmat (Q.S al-Baqarah/2: 152 dan 172).
Sadar dan paham bahwa begitu banyak nikmat Allah Swt. yang sudah dianugerahkan kepada kita.
Hanya sayangnya, seringkali kita memahami nikmat itu hanya berupa harta benda, uang, dan fasilitas mewah lainnnya, padahal yang termasuk nikmat adalah hidup sehat, keluarga bahagia, menjalankan shalat secara istiqamah, terhindar dari segala cobaan, terhalang melakukan dosa dan kemaksiatan.
Tidak terhitung banyaknya nikmat yang sudah kita terima (Perhatikan isi kandungan Q.S. Ibrahīm/14: 34), lalu bagaimana caranya mewujudkan bahwa kita menjadi pribadi yang bersyukur?
Jawabannya adalah syukur harus dilakukan dengan 3 hal, yakni: melalui lisan, hati, dan anggota badan.
Pribadi yang bersyukur kepada Allah Swt., ditandai dengan pengakuan, kerelaan, dan kepuasan hati atas segala nikmat yang diterima, dilanjutan dengan lisan yang selalu mengucapkan syukur, misalnya banyak-banyak mengucapkan hamdalah dan kalimat-kalimat pujian yang disampaikan (Q.S. ad-Dhuhā/93: 11).
Setelah itu, semua nikmat tersebut diwujudkan dan difungsikan oleh anggota tubuhnya dalam ketaatan hanya kepada Allah Swt.
Imam al-Ghazali membagi syukur itu, menjadi 3 bagian, yaitu: ilmu, hal (keadaan), dan amal (perbuatan).
Melalui ilmunya, seseorang menyadari bahwa segala nikmat yang diterima itu semata-mata berasal dari Allah Swt.
Keadaannya menyatakan kegembiraan. Selanjutnya, amal perbuatannya sesuai dan sejalan dengan fungsi nikmat tersebut diberikan.
Baca Juga: Lengkap! Kunci Jawaban Halaman 27-80 PAI Kelas XI Kurikulum Merdeka
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR