Tabloid-Nakita.com - Penyakit demam berdarah sering salah didiagnosis. Sebab, gejalanya mirip dengan penyakit infeksi lain seperti tifus, radang tenggorokan, dan lainnya. Ini karena gejalanya sama, demam. Yuk, waspadai kesalahan diagnosis demam berdarah ini.
Begini ceritanya. Papa yang anaknya meninggal karena keganasan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sempat bingung. Sebelum meninggal, sudah 3 kali anaknya dibawa ke dokter dan 3 kali itu juga mendapat diagnosis yang berbeda. Ayahnya juga menolak dikatakan terlambat membawa ke dokter karena sejak hari pertama sudah dibawa ke dokter tetapi salah diagnosis .
Hari pertama didiagnosis infeksi tenggorokan, pada hari ke III setelah cek darah diagnosis berubah menjadi tifus dan akhirnya pada hari ke V divonis DBD sebagai penyebab kematiannya. Peristiwa ini sering dialami oleh penderita DBD, karena gejala awal DBD awalnya mirip dengan banyak penyakit lainnya. Masyarakat dituntut mempunyai pengetahuan yang baik dan kecermatan yang tinggi untuk membedakan DBD dengan penyakit lainnya.
Baca juga: Ini gejala khas demam berdarah pada bayi dan balita
Manifestasi Klinis Demam Berdarah Pada Anak yang Bervariasi
Peristiwa pitfall diagnosis atau kesalahan diagnosis penyakit DBD yang paling sering terjadi adalah demam tifoid, faringitis akut (infeksi tenggorok), ensefalitis (infeksi otak), campak, flu atau infeksi saluran napas lainnya yang disebabkan karena virus.
Bahkan belakangan ini terdapat beberapa kasus yang awalnya dicurigai flu burung tetapi ternyata mengalami penyakit DBD. Hal ini terjadi karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD sangat bervariasi. Mulai dengan gejala yang bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya hingga gejala klinis yang berat.
Gejala Umum Penyakit Demam Berdarah (DBD) Pada Anak
Penderita DBD dapat menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, nyeri tenggorok, nyeri perut, nyeri otot atau tulang, nyeri kepala, diare, kejang atau kesadaran menurun. Gejala ini juga dijumpai pada berbagai penyakit infeksi virus atau infeksi bakteri lainnya yang menyerang tubuh.
Menurut kriteria WHO (World Health Organization) diagnosis DBD hanya dibuat berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium trombosit dan hematokrit. Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38°C – 40°C) disertai manifestasi pendarahan berupa bintik perdarahan di kulit, pendarahan selaput putih mata, mimisan atau bercak darah. Meski begitu, bintik merah di kulit kadang muncul tapi kadang pula tidak.
Baca juga: Banyak Mama tidak tahu. Inilah Gejala Baru DBD, Tak Ada Lagi Bintik Merah di Kulit
Gejala penyakit DBD lainnya adalah pembesaran hati, syok atau tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah. Pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan trombosit sampai kurang dari 100.000 /mm³ pada hari ke III-V dan meningkatnya nilai hematokrit (>40%).
Bila klinisi cermat dalam ketajaman klinisnya, maka pemeriksaan laboratorium lain untuk konfirmasi diagnosis secara umum mungkin tidak diperlukan bila tanda dan gejala di atas sudah cukup jelas.
Pemeriksaan dengue blot IgG dan IgM, isolasi virus dan pemeriksaan serologi mungkin hanya diperlukan dalam bidang penelitian atau kasus yang sulit. Karena pemeriksaan tersebut sangat mahal dan khususnya pemeriksaan dengue blot sensitifitasnya tidak terlalu tinggi.
Baca juga: Ibu hamil hati-hati, gejalanya mirip. Ini Beda Gejala Infeksi Virus DBD dan Zika
Kesalahan diagnosis, DBD disangkap Tifus
Sering dijumpai penderita DBD juga mengalami pitfall diagnosis sebagai penyakit tifus. Kesalahan lain, sering dianggap bahwa demam disebabkan karena penyakit DBD dan tifus secara bersamaan.
Kesalahan ini sering terjadi karena pemahaman yang kurang baik tentang dasar diagnosis penyakit, perjalanan penyakit dan interpretasi laboratorium.
Moms, Yuk Wujudkan Tubuh Sehat di Tahun Baru dengan Kesempatan Emas dari Prodia Ini!
KOMENTAR