Tabloid-Nakita.com - Polio merupakan penyakit infeksi berat yang bisa memicu kelumpuhan, bahkan kematian pada anak. Sayangnya, infeksi polio ini belum ada obatnya, meski bisa dicegah dengan vaksinasi.
Menurut dr.Azizah Retno Kustiah, spesialis anak dari Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, penyakit polio disebabkan oleh poliovirus (PV). Virus itu masuk ke dalam tubuh melalui mulut, kemudian menginfeksi saluran usus. Virus polio juga masuk aliran darah dan ke sistem syaraf tepi (perifer).
Jika virus masuk ke sistem saraf akan berakibat pada terjadinya kelemahan otot, hingga terjadi penyebab kelumpuhan. “Tanda-tanda anak terkena virus ialah panas demam, kemudian ototnya lemas,” tambah dia.
Celakanya, seperti dikutip alodokter.com, kebanyakan penderita polio tidak sadar, mereka terinfeksi karena virus polio pada awalnya hanya menimbulkan sedikit gejala atau bahkan tidak sama sekali, dan tidak membuat mereka menjadi sakit.
Asal tahu saja, penyakit polio sendiri dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu polio non-paralisis, polio paralisis, dan sindrom pasca-polio.
Polio non-paralisis
Polio non-paralisis adalah tipe polio yang tidak menyebabkan kelumpuhan. Gejalanya tergolong ringan. Berikut ini adalah gejala polio non-paralisis yang umumnya berlangsung antara satu hingga sepuluh hari.
Polio paralisis
Polio paralisis adalah tipe polio yang paling parah dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Polio paralisis bisa dibagi berdasarkan bagian tubuh yang terjangkit, seperti batang otak, saraf tulang belakang, atau keduanya.
Gejala awal polio paralisis sering kali sama dengan polio non-paralisis, seperti sakit kepala dan demam. Namun biasanya dalam jangka waktu sepekan, gejala polio paralisis akan muncul, di antaranya sakit atau lemah otot yang serius, kaki dan lengan terasa terkulai atau lemah, dan kehilangan refleks tubuh.
Beberapa penderita polio paralisis bisa mengalami kelumpuhan dengan sangat cepat atau bahkan dalam hitungan jam saja setelah terinfeksi dan kadang-kadang kelumpuhan hanya terjadi pada salah satu sisi tubuh. Saluran pernapasan mungkin bisa terhambat atau tidak berfungsi, sehingga membutuhkan penanganan medis darurat.
Kondisi yang Bisa Menyebabkan Infeksi Polio
Penyakit polio disebabkan oleh virus yang umumnya masuk melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan tinja dan virus polio. Sama halnya seperti cacar, polio hanya menjangkiti manusia. Dalam tubuh manusia, virus polio menjangkiti tenggorokan dan usus. Selain melalui kotoran, virus polio juga bisa menyebar melalui tetesan cairan yang keluar saat penderitanya batuk atau bersin.
Imunisasi atau pemberian vaksin polio dapat meminimalisasi terjangkit virus polio. Anak-anak, wanita hamil dan orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah, sangat rentan terkena virus polio jika di daerah mereka tidak terdapat program imunisasi atau tidak memiliki sistem sanitasi yang bersih dan baik.
Orang-orang yang belum divaksinasi akan memiliki tingkat risiko terjangkit polio yang tinggi jika melakukan atau mengalami hal-hal seperti berikut ini.
Langkah Mendiagnosis dan Melakukan Perawatan Infeksi Polio pada Anak
Diagnosis awal polio dapat dilakukan dengan menanyakan gejala yang dialami pasien, apakah telah diberikan vaksin polio sebelumnya atau melakukan kontak dengan penderita polio, dan melalui pemeriksaan fisik. Pemeriksaan sampel cairan serebrospinal, tinja, atau lendir akan dilakukan untuk memastikan hasil diagnosis.
Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan polio jika virus polio sudah menjangkiti seseorang. Namun ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai perawatan pendukung untuk mencegah komplikasi dan membuat penderita merasa lebih nyaman, seperti terapi fisik untuk mencegah hilangnya fungsi otot, obat pereda nyeri, pola makan yang bernutrisi, istirahat yang cukup, dan alat bantu pernapasan jika diperlukan.
Disabilitas, kelainan bentuk kaki dan pinggul, serta kelumpuhan sementara atau permanen dapat terjadi akibat polio paralisis. Operasi dan terapi fisik bisa dilakukan untuk mengatasi kelainan bentuk pada persendian.
Mencegah Tertular Penyakit Infeksi Polio
Polio dapat dicegah dengan vaksinasi yang bisa memberikan kekebalan terhadap penyakit polio seumur hidup, terutama pada anak-anak.
Anak-anak harus diberikan empat dosis vaksin polio tidak aktif, yaitu pada saat mereka berusia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, dan antara 1.5-2 tahun. Tindakan pemerintah tepat untuk memerangi polio. Dari 1996 hingga 2005, Indonesia bebas polio, tetapi muncul lagi kasus polio.
Vaksin polio dengan virus tidak aktif memiliki kemungkinan mendekati 100 persen untuk secara efektif mencegah polio setelah tiga kali penyuntikan, dan aman bagi orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah. Efek samping yang umumnya terjadi setelah pemberian suntikan adalah rasa sakit dan kemerahan pada titik penyuntikan.
Orang dewasa yang harus mendapatkan serangkaian vaksin polio adalah mereka yang belum pernah divaksinasi atau status vaksinasinya tidak jelas.
Dosis vaksinasi polio pada orang dewasa adalah dua dosis pertama dengan jarak waktu antara 1-2 bulan, dan dosis ketiga antara 6-12 bulan setelah pemberian dosis kedua.
Sebagian orang yang diberikan vaksin polio bisa mengalami alergi. Jika setelah disuntik mengalami alergi, segera temui dokter.
Reaksi alergi yang mungkin terjadi dan biasanya muncul setelah beberapa menit hingga beberapa jam adalah pusing, lemas, tenggorokan bengkak, sulit bernapas, pucat, serak, biduran, dan jantung berdetak kencang.
Meski begitu, reaksi alergi tersebut sangat ringan dan kecil dibandingkan dengan manfaat besar vaksin polio. Jangan lewatkan agar si kecil ikut kegiatan PIN di tempat penyelenggaraan kesehatan terdekat.
(Ipoel/Kompas Health/Alodokter)
Meriahkan BKGN 2024, Pepsodent dan BAZNAS Sebarluaskan Edukasi dan Layanan Kesehatan Gigi Gratis Bagi 5.000 Anak Yatim Piatu
KOMENTAR