Nakita.id - Kontrasepsi hormonal, seperti pil KB (kontrasepsi oral) atau suntikan hormonal, adalah metode kontrasepsi yang umum digunakan oleh wanita untuk mencegah kehamilan.
Meskipun banyak wanita mendapatkan manfaat dari penggunaan kontrasepsi hormonal, ada beberapa kondisi dan faktor tertentu yang dapat membuat seseorang tidak cocok menggunakan metode ini.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi siapa saja yang mungkin tidak cocok menggunakan kontrasepsi hormonal.
Penggunaan kontrasepsi hormonal tidak disarankan bagi wanita yang sedang hamil atau berencana hamil dalam waktu dekat.
Pemakaian KB hormonal sebaiknya dimulai setelah melahirkan atau setelah konsultasi dengan dokter mengenai waktu yang tepat untuk memulai penggunaan kontrasepsi.
Wanita yang memiliki riwayat atau risiko tinggi terhadap pembentukan bekuan darah (trombosis) mungkin tidak cocok menggunakan kontrasepsi hormonal.
Penggunaan hormonal dapat meningkatkan risiko pembentukan bekuan darah, terutama pada wanita yang merokok, memiliki obesitas, atau memiliki riwayat keluarga terkait masalah pembekuan darah.
Wanita dengan riwayat stroke atau serangan jantung, atau yang memiliki faktor risiko tinggi untuk kondisi tersebut, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memutuskan menggunakan kontrasepsi hormonal.
Hormon dalam kontrasepsi dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular dan meningkatkan risiko penyakit jantung.
Merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kesehatan pada pengguna kontrasepsi hormonal, terutama pada wanita yang berusia di atas 35 tahun.
Kombinasi merokok dengan kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan risiko pembentukan bekuan darah, serangan jantung, dan stroke.
Baca Juga: Mitos atau Fakta Pil KB Bisa Menghilangkan Jerawat Apakah Benar? Simak Ulasannya
Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat memengaruhi fungsi hati.
Wanita dengan riwayat penyakit hati atau gangguan hati sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal, karena dapat memerlukan pemantauan khusus.
Wanita dengan diabetes mellitus yang memiliki komplikasi tertentu atau penyakit pembuluh darah yang terkait dengan diabetes sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan kontrasepsi hormonal.
Hormon dalam kontrasepsi dapat mempengaruhi kadar glukosa darah dan memerlukan pemantauan ketat.
Wanita dengan riwayat kanker payudara atau rahim mungkin tidak cocok menggunakan kontrasepsi hormonal.
Meskipun hubungan antara kontrasepsi hormonal dan risiko kanker masih menjadi subjek penelitian, wanita dengan riwayat kanker tertentu dapat memerlukan rekomendasi khusus dari dokter.
Wanita yang mengalami migrain dengan aura (gejala visual seperti kilat cahaya atau kehilangan penglihatan sebelum atau selama serangan migrain) disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan kontrasepsi hormonal.
Penggunaan hormonal dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke pada wanita dengan migrain dengan aura.
Wanita dengan tekanan darah tinggi yang sulit dikontrol atau yang mengalami hipertensi gestasional selama kehamilan sebaiknya mendiskusikan opsi kontrasepsi yang lebih sesuai dengan dokter.
Kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi tekanan darah, dan alternatif yang lebih aman mungkin diperlukan.
Beberapa wanita melaporkan perubahan suasana hati atau gejala depresi saat menggunakan kontrasepsi hormonal.
Baca Juga: Mengatasi Telat Menstruasi Setelah Mengonsumsi Pil KB, Simak Yuk
Wanita dengan riwayat depresi atau gangguan mental lainnya sebaiknya berbicara dengan dokter mereka untuk memilih opsi kontrasepsi yang sesuai dengan keadaan kesehatan mental mereka.
Sebelum memulai penggunaan kontrasepsi hormonal, sangat penting bagi wanita untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menilai kelayakan dan risiko yang mungkin terkait.
Meskipun kontrasepsi hormonal efektif dalam mencegah kehamilan, perlu diingat bahwa setiap wanita memiliki kebutuhan dan kondisi kesehatan yang unik.
Ketika mempertimbangkan metode kontrasepsi, dokter dapat memberikan informasi yang akurat dan membantu memilih opsi terbaik berdasarkan kondisi kesehatan, riwayat medis, dan preferensi individu.
Keputusan tersebut sebaiknya diambil bersama-sama dengan profesional kesehatan yang memahami situasi kesehatan dan kebutuhan unik setiap wanita.
Sebagian isi artikel ini ditulis menggunakan teknologi kecerdasan buatan.
Baca Juga: Jenis KB untuk Pria yang Bisa Cegah Kehamilan, Ini Pilihannya untuk Dads
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR