Nakita.id - Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan terkait gizi yang berusaha diselesaikan oleh pemerintah.
Seperti yang diketahui, stunting adalah kondisi kekurangan gizi kronis. Ditandai dengan tinggi badan di bawah rata-rata usia.
Kondisi ini tak boleh dibiarkan, karena dampaknya yang serius. Berpotensi menimbulkan gangguan metabolik saat anak dewasa.
Dari data terakhir pada 2022, angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi, yakni 21,6% dan targetnya pada akhir tahun ini dapat ditekan hingga 14%.
"Hasil Survei Status Gizi Indonesia 2022 angka (kasus stunting) sekitar 21,6%. Itu artinya 1 dari 5 balita mengidap stunting," kata Kepala Biro Perencanaan BKKBN RI Dr. Drs. Wahidin, M.Kes, dalam program Royco NutriMenu, Selasa (6/2/12024).
Dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional 25 Januari lalu yang mengusung tema MPASI Kaya Protein Hewani, kita diingatkan lagi upaya-upaya untuk mencegah stunting.
Wahidin menjelaskan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mempunyai tiga prioritas dalam upaya pencegahan stunting.
Ia mengatakan, hal yang paling penting diperhatikan adalah kondisi kesehatan calon ibu sebelum hamil. Tidak mengalami anemia ataupun kurang energi kronik (KEK).
"Ini menjadi problem karena menjadi kebiasaan calon pengantin pada umumnya, dietnya ketat. Saking ketat, bisa kekurangan gizi kronis," kata Wahidin.
Ia melanjutkan, "Begitu dia hamil, menurut riset berpotensi melahirkan anak stunting."
Sebelum maupun saat hamil, kondisi kesehatan ibu harus diperhatikan dengan baik.
Baca Juga: Tolong Jangan Lakukan Hal Ini! Berikut Tips Menyimpan MPASI dengan Benar
Toys Kingdom dan MilkLife Wujudkan Senyum Anak Negeri untuk Anak-anak di Desa Mbuit
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR