Nakita.id - Berikut ini merupakan penjelasan peran ulama di Indonesia mata pelajaran PAI kelas XI Kurikulum Merdeka.
Ulama di Indonesia tidak hanya berperan dalam hal agama, tapi juga politik.
Ketika Kerajaan Islam berjaya, peran ulama sangat menonjol.
Buku Sejarah Hukum Islam Nusantara Abad XIV-XIX M memaparkan, di Samudera Pasai, pemerintah menunjuk para ulama sebagai mufti.
Hal ini, berdasarkan informasi Ibnu Batutah yang pernah tinggal selama 15 hari di Samudera Pasai pada tahun 1345 M.
Di bukunya yang berjudul al-Rihlāt, Ibnu Batutah menyebut fungsi mufti sangat penting dalam kesultanan.
Mufti memiliki tugas untuk menangani persoalan hukum agama.
Kedudukan mereka di atas kementrian kehakiman.
Sistem ini pun berlanjut hingga ke masa pembentukan Kesultanan Samudera Pasai.
Banyak tokoh kenamaan dunia berkunjung ke Indonesia, dulunya Nusantara, meninggalkan komentar baik.
Masyarakat Indonesia dinilai memiliki budaya yang santun, murah senyum, dan mudah bergaul.
Apalagi, jika dikaitkan dengan keindahan alam dan sumber daya yang melimpah.
Luas Nusantara Indonesia, terbentang dari Barat, yakni Sabang (Provinsi NAD/Nanggro Aceh Darussalam) sampai Timur, yakni Merauke (Provinsi Papua).
Sementara dari Utara adalah Kepulauan Talaud (Provinsi Sulawesi Utara), sedangkan dari Selatan adalah Pulau Rote (Provinsi Nusa Tenggara Timur).
Begitu luasnya Indonesia, sehingga bisa disamakan seperti luas Inggris
melampauhi Eropa hingga Irak.
Batas Barat Indonesia berada di Grenenwich London, sedangkan batas Timurnya berada di Baghdad Irak.
Sementara, batas Utaranya di Jerman, sedangkan batas Selatannya berada di Aljazair.
Di wilayah seluas itu, matahari harus terbit sampai 3 kali.
Akibatnya, menimbulkan perbedaan 3 waktu, yakni WIB (Waktu Indonesia Barat), WITA
(Waktu Indonesia Tengah), dan WIT ((Waktu Indonesia Timur).
Itu artinya matahari terbit lebih awal 2 jam dibanding WIB, dan 1 Jam dibanding WITA.
Indonesia pun menjadi salah satu negara dengan pemeluk Islam terbanyak.
Dan lagi, umat Islam dinilai mampu mengayomi mereka yang berbeda keyakinan.
Tahun 2020, diperkirakan jumlahpenduduk Indonesia sekitar 273,5 juta.
Jumlah umat Islamnya berjumlah berjumlah 229 juta jiwa, atau 87,2 %.
Itu artinya, Umat Islam mampu mengayomi saudaranya yang lain (Katolik, Kristen, Hindu, Budha, maupun Konghucu) yang berjumlah 12,8 % (sekitar 44,5 juta).
Semuanya hidup rukun dan tenteram membentuk keindahan berperilaku sebagai bangsa Indonesia yang besar.
Kondisi tersebut, menjadi prestasi yang sangat membanggakan. Tata perilakunya, mencerminkan ketulusan hati dan kedamaian hidup.
Keramahandan toleransi, menjadi sikap dan perilaku umat beragama di Indonesia.
Belum lagi, jika dikaji dari sudut pandang keragaman yang lain. Misalnya suku bangsa ada 740; ada 500 etnik yang menggunakan lebih 250 bahasa, dan jumlah pulaunya + 12.504 (2870 sudah memiliki nama, sementara 9.634 yang tidak memiliki nama).
Bandingkan dengan negara-negara lain, baik di dataran Eropa, Asia, Timur Tengah maupun di Amerika.
Agamanya boleh jadi sama, hanya berbeda sedikit sukunya; atau agama dan sukunya sama; bahkan ada yang agama, bahasa, suku, tanah airnya sama.
Mereka saling bertikai, berselisih sampai berperang tidak habis-habisnya, dan itu memakan waktu yang lama, bahkan tidak berhenti sampai kini.
Membandingkan kondisi tersebut, tentu kita sebagai umat Islam, harus mensyukuri keadaan di Indonesia, mari bersama anak bangsa yang lain, untuk saling mempererat persahabatan dan persaudaraan. Baik antar agama (Ukhuwah Islamiyah), sesama anak bangsa (Ukhuwah Wathaniyah), maupun
sesama warga dunia (Ukhuwah Basyariyah).
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR