Ketika tubuh mengalami stres, ia memproduksi hormon stres seperti kortisol dan adrenalin. Hormon-hormon ini dapat mengganggu keseimbangan hormon yang mengatur siklus menstruasi.
Hipotalamus, bagian otak yang mengontrol hormon, memainkan peran kunci dalam mengatur siklus menstruasi.
Stres kronis dapat mengganggu fungsi hipotalamus, yang pada gilirannya mempengaruhi kelenjar pituitari dan ovarium.
Ketika hipotalamus tidak berfungsi dengan baik, produksi hormon yang diperlukan untuk ovulasi dan menstruasi dapat terganggu.
Kortisol, hormon stres utama, dapat menekan produksi hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron.
Tingkat kortisol yang tinggi secara terus-menerus dapat menyebabkan ovulasi tertunda atau bahkan tidak terjadi sama sekali, yang mengakibatkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur atau terlambat.
Stres juga dapat mempengaruhi nafsu makan dan pola makan. Beberapa wanita mungkin mengalami penurunan berat badan drastis karena stres, yang dapat mengurangi kadar lemak tubuh.
Lemak tubuh yang rendah dapat mengganggu produksi hormon estrogen, yang penting untuk siklus menstruasi yang teratur.
Mengenali tanda dan gejala telat haid akibat stres dapat membantu dalam mengidentifikasi penyebabnya. Beberapa tanda yang umum meliputi:
- Menstruasi yang Tidak Teratur: Siklus menstruasi yang tiba-tiba menjadi lebih lama atau lebih pendek dari biasanya.
- Haid yang Hilang: Tidak mengalami menstruasi selama satu atau beberapa bulan.
Perbedaan Anak Aktif dan Hiperaktif, Kenali dan Awasi Agar Tidak Disalahartikan
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR