Nakita.id - Stunting adalah kondisi di mana pertumbuhan tinggi badan anak terganggu sehingga lebih pendek dari standar usianya.
Stunting menjadi perhatian serius di Indonesia karena dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan kognitif anak, serta berpengaruh jangka panjang terhadap kesehatan dan produktivitas. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia telah mengeluarkan panduan untuk membantu masyarakat memahami dan mengenali gejala stunting.
Berikut adalah informasi penting mengenai stunting dan bagaimana mengenali gejalanya berdasarkan panduan Kemenkes.
Stunting terjadi akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan (dari kehamilan hingga anak berusia dua tahun).
Penyebab utamanya meliputi kurangnya asupan gizi, infeksi berulang, serta buruknya sanitasi dan akses terhadap pelayanan kesehatan.
Kemenkes mengidentifikasi beberapa gejala dan tanda yang dapat menjadi indikasi bahwa seorang anak mengalami stunting:
1. Pertumbuhan Tinggi Badan yang Terhambat: Anak dengan stunting memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak seusianya. Pertumbuhan yang lambat ini dapat terlihat sejak usia 6 bulan dan menjadi lebih jelas pada usia 2 tahun.
2. Berat Badan yang Rendah: Selain tinggi badan, anak stunting juga sering memiliki berat badan yang rendah untuk usianya. Ini merupakan tanda kekurangan gizi kronis yang mempengaruhi pertumbuhan secara keseluruhan.
3. Perkembangan Motorik yang Lambat: Anak yang mengalami stunting mungkin juga menunjukkan keterlambatan dalam mencapai tonggak perkembangan motorik, seperti merangkak, berjalan, atau berbicara.
4. Lemas dan Kurang Aktif: Anak stunting cenderung lebih lemas, kurang bersemangat, dan tidak seaktif anak-anak lain yang seusia.
5. Kesulitan Konsentrasi dan Belajar: Stunting tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan fisik, tetapi juga perkembangan otak. Anak dengan stunting mungkin mengalami kesulitan dalam konsentrasi dan belajar.
Baca Juga: Kerap Diabaikan, Beberapa Gejala Stunting Ini Harus Segera Diatasi
Kemenkes menyarankan beberapa langkah untuk mendeteksi stunting secara dini:
1. Pemantauan Pertumbuhan: Orang tua harus rutin membawa anak ke posyandu atau layanan kesehatan untuk memantau pertumbuhan, terutama tinggi dan berat badan. Pengukuran yang rutin dapat membantu mendeteksi adanya kelainan pertumbuhan sejak dini.
2. Pengukuran Lingkar Kepala: Selain tinggi dan berat badan, lingkar kepala anak juga perlu diukur karena ini berkaitan dengan perkembangan otak.
3. Pemeriksaan Kesehatan Rutin: Anak harus diperiksa secara rutin oleh tenaga kesehatan untuk memastikan tidak ada gangguan kesehatan lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan.
Kemenkes juga menekankan pentingnya pencegahan stunting melalui beberapa cara berikut:
1. Asupan Gizi yang Cukup dan Seimbang: Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama dan dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI yang bergizi seimbang.
2. Imunisasi Lengkap: Melakukan imunisasi sesuai jadwal untuk mencegah penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan.
3. Kebersihan dan Sanitasi: Memastikan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang baik untuk mencegah infeksi.
4. Pendidikan Gizi untuk Ibu Hamil dan Menyusui: Memberikan edukasi kepada ibu hamil dan menyusui tentang pentingnya gizi yang baik untuk kesehatan ibu dan anak.
Stunting adalah masalah serius yang memerlukan perhatian dan tindakan segera.
Dengan mengenali gejala-gejala stunting dan melakukan pemantauan yang tepat, diharapkan anak segera mendapat penanganan untuk memantau tumbuh kembangnya.
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR