Nakita.id - Stunting adalah kondisi di mana tinggi badan anak lebih rendah dari standar usianya akibat kekurangan gizi kronis.
Masalah ini menjadi perhatian serius di Indonesia karena dampak jangka panjangnya yang signifikan terhadap kualitas hidup individu dan kemajuan bangsa.
Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, jika angka stunting terus meningkat, berbagai bahaya besar dapat mengancam, baik dari sisi kesehatan, ekonomi, maupun sosial.
Berikut ini adalah beberapa bahaya utama yang diidentifikasi oleh Kemenkes.
Anak yang mengalami stunting berisiko menghadapi berbagai masalah kesehatan.
Tubuh mereka yang tidak mendapatkan nutrisi cukup berpotensi mengalami perkembangan fisik yang terganggu, termasuk penurunan massa otot, sistem imun yang lemah, dan peningkatan kerentanan terhadap penyakit infeksi.
Kondisi ini dapat memperpanjang siklus kemiskinan karena anak-anak yang sakit lebih sering akan kurang produktif di masa dewasa.
Stunting juga berdampak pada perkembangan otak anak. Kekurangan nutrisi pada masa awal kehidupan dapat menghambat perkembangan kognitif, yang berakibat pada kemampuan belajar yang rendah, prestasi akademik yang buruk, dan keterbatasan dalam keterampilan berpikir kritis.
Kemenkes mengkhawatirkan bahwa generasi yang tumbuh dengan kemampuan kognitif yang rendah akan sulit bersaing di dunia kerja, yang pada akhirnya mempengaruhi produktivitas nasional.
Tingkat stunting yang tinggi dapat membebani sistem kesehatan dan ekonomi negara.
Anak-anak yang stunting cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih rendah, yang dapat mengurangi kesempatan mereka untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan pekerjaan yang layak.
Baca Juga: Vitamin Mencegah Stunting yang Dianjurkan Oleh Kementerian Kesehatan
Meriahkan BKGN 2024, Pepsodent dan BAZNAS Sebarluaskan Edukasi dan Layanan Kesehatan Gigi Gratis Bagi 5.000 Anak Yatim Piatu
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR