Akibatnya, mereka mungkin terperangkap dalam siklus kemiskinan.
Dari sisi ekonomi, ini berarti penurunan produktivitas tenaga kerja dan peningkatan beban biaya kesehatan jangka panjang.
Anak yang stunting juga mungkin menghadapi masalah psikososial.
Keterbatasan fisik dan kognitif dapat menyebabkan rendahnya rasa percaya diri dan stigma sosial, yang pada akhirnya mempengaruhi kesejahteraan mental mereka.
Isolasi sosial dan rendahnya peluang berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat juga bisa menjadi masalah serius yang dihadapi oleh anak-anak stunting.
Stunting bukan hanya masalah bagi individu yang mengalaminya, tetapi juga berdampak pada generasi berikutnya.
Anak-anak yang stunting berpotensi melahirkan anak yang juga stunting, sehingga menciptakan siklus berulang yang sulit diputus. Ini menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas di Indonesia.
Kemenkes menekankan pentingnya intervensi dini dan komprehensif untuk mencegah stunting.
Program-program yang diusulkan meliputi perbaikan gizi ibu hamil dan menyusui, pemberian makanan tambahan yang bergizi untuk bayi dan balita, serta peningkatan akses terhadap layanan kesehatan dasar. Edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya gizi seimbang dan pola asuh yang baik juga menjadi fokus utama dalam upaya menekan angka stunting.
Kemenkes terus berupaya mengatasi masalah ini melalui berbagai program dan kebijakan strategis.
Semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, perlu bersinergi untuk memastikan anak-anak Indonesia tumbuh sehat dan berkembang optimal, demi masa depan bangsa yang lebih cerah.
Baca Juga: Rekomendasi Makanan Mencegah Stunting yang Diberikan Oleh Posyandu
Si Kecil Tak Mau Tampil? Ini Cara Mengatasi Anak yang Malu Tampil di Depan Umum
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR