Mereka mungkin memiliki penghasilan yang lebih rendah dan produktivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang tidak mengalami stunting.
Hal ini tidak hanya mempengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga menghambat pertumbuhan ekonomi negara, mengingat sumber daya manusia adalah aset penting dalam pembangunan.
Stunting sering kali terjadi di kalangan keluarga dengan status ekonomi rendah.
Anak-anak yang mengalami stunting memiliki peluang lebih kecil untuk keluar dari lingkaran kemiskinan, sehingga memperkuat siklus kemiskinan antar generasi.
Ketimpangan sosial yang diakibatkan oleh stunting memperlebar kesenjangan antara kelompok masyarakat yang berbeda, yang bisa memicu masalah sosial dan ketidakstabilan.
Kondisi fisik yang lebih pendek dan perkembangan kognitif yang terhambat dapat mempengaruhi rasa percaya diri dan keterampilan sosial anak.
Mereka mungkin menghadapi diskriminasi atau stigma dari lingkungan sekitar, yang dapat berdampak pada kesehatan mental dan emosional mereka.
Kesejahteraan psikososial yang terganggu ini bisa menghambat potensi mereka untuk berkontribusi secara maksimal dalam masyarakat.
Intervensi dini, terutama selama 1000 hari pertama kehidupan, sangat penting untuk mencegah stunting.
Program nutrisi ibu hamil, pemberian ASI eksklusif, serta pemberian makanan pendamping ASI yang bergizi bisa membantu mencegah stunting.
Selain itu, akses ke pelayanan kesehatan yang baik dan edukasi tentang pola makan sehat juga berperan penting dalam mengurangi prevalensi stunting.
Baca Juga: Jika Angka Stunting Terus Meningkat, Ini yang Akan Dikhawatirkan
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR