Tabloid-Nakita.com - Meski terdengar lucu, bahkan tak masuk akal, tapi banyak yang memercayai sejumlah mitos tentang ibu hamil ini. Misalnya, kalau sang ibu suka dandan pasti bayinya perempuan. Jika Mama ragu dengan suatu mitos tentang kehamilan, tak ada salahnya menanyakan langsung kepada dokter untuk memastikan sejauh mana kebenarannya. Berikut beberapa mitos tentang ibu hamil yang kerap beredar di masyarakat. Dokter Didi Kusmarjadi, SpOG, dari RSUD Tanjung Uban, Provinsi Kepulauan Riau, menjelaskan fakta dari mitos tersebut.
1. Bumil suka dandan, bayi yang lahir pasti perempuan
Kala hamil, calon mama jadi suka dandan atau sebaliknya, sebenarnya lebih karena faktor keinginan semata. Ya, ada yang ingin tampil cantik, ada juga yang malas bersolek. Yang jelas, jenis kelamin sebenarnya ditentukan oleh kromosom sang ayah. Bila kromosom X dari sperma ayah bertemu dengan kromosom X dari sel telur ibu, maka bayi dipastikan perempuan. Namun, jika kromosom Y dari sperma ayah bertemu dengan kromosom X dari sel telur, maka bayinya laki-laki.
2. Bumil tak boleh pakai cat kuku dan mengecat rambut
Sebenarnya nail polish tidak bisa menembus kuku, maka tak ada alasan medis untuk melarangnya. Jika hal ini membuat Mama lebih merasa cantik, silakan saja dilakukan. Mengenai cat rambut, sebagian besarnya betul. Sama halnya dengan makanan, Mama sebaiknya menghindari kontak dengan bahan kimia, termasuk pewarna rambut. Namun, jika berbahan alami, tak apa.
3. Tak aman bila bumil mandi atau berendam bahkan berenang.
Tidak ada alasan medis bagi Mama untuk tak boleh menikmati mandi. Kecuali ketika ketuban sudah pecah, segera periksa ke dokter. Fakta lain, berenang merupakan olahraga aerobik yang bagus. Baik buat mempertahankan kekuatan otot tubuh secara umum.
4. Bumil makan pakai piring besar janin bisa besar. Bila pakai sendok besar, bibir bayi nantinya tak mungil
Sebenarnya tak ada kaitannya antara makan menggunakan piring besar dengan "risiko" janin jadi besar. Mungkin yang dikhawatirkan adalah ketika Mama makan dengan piring yang lebih besar sehingga tanpa sadar porsi makannya lebih banyak. Alhasil, asupan makanan jadi berlebihan. Bila itu yang terjadi, janin mungkin jadi terlalu besar. Yang dianjurkan justru Mama mengonsumsi makanan dengan porsi sedikit tapi sering dan tanpa melupakan menu makanan bergizi seimbang.
Mengenai sendok besar akan memengaruhi bibir bayi, sebenarnya tak ada kaitannya juga. Bentuk bibir dan organ-organ lainnya tentu diturunkan secara genetik mengikuti Papa, Mama, atau kombinasi antara keduanya.
5. Bumil angkat jemuran, janin bisa terlilit tali pusat
Yang benar, mengangkat barang-barang berat tentu saja tak dianjurkan bagi Mama. Dikhawatirkan jika ia terlalu lelah akan memengaruhi janin dalam perutnya. Secara teori dikatakan, jika janin aktif bergerak, tali pusat akan panjang dan memberi kemungkinan untuk terlilit.
6. Berhubungan seks bisa menyakiti janin atau membuat kepala janin kotor karena terkena sperma
Hubungan seks saat hamil tidak akan menyakiti atau membahayakan janin. Perlu diketahui, terdapat tujuh lapisan perut, rahim, ketuban dan air ketuban, sehingga janin sangat terlindungi dari guncangan. Demikian juga sperma tidak dapat masuk ke dalam dan mengenai janin karena adanya selaput ketuban. Bakteri saja yang lebih kecil tidak bisa menembusnya, apalagi sperma yang notabene ukurannya jauh lebih besar dari bakteri.
7. Menutup lubang, seperti lubang semut, dapat menyulitkan proses bersalin
Tentu tak ada kaitannya. Secara medis, lancarnya proses melahirkan bergantung pada tiga P, yaitu power, passage, passanger. Ukuran bayi (passanger) yang tak terlalu besar sehingga bisa melalui jalan lahir (passage), tapi perlu didukung kontraksi (power) agar jalan lahir bisa dibuka.
8. Tabu bila bumil menyiapkan perlengkapan bayi jauh hari atau sebelum melahirkan
Menyiapkan perlengkapan untuk si kecil sebenarnya perlu dilakukan sebelum lahir, supaya Mama tidak kerepotan. Boleh dengan cara mencicil. Di luar menyiapkan perlengkapan bayi, Mama dan Papa juga perlu mempersiapkan dana persalinan.
Lucu-lucu ya, mitos tentang ibu hamil ini. Karena sudah tahu jawabannya, hal itu tak perlu dipercaya lagi. (Hilman Hilmansyah)
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
KOMENTAR