Nakita.id - Belakangan ini, di sosial media ramai isu mengenai kasus cuci darah pada anak yang meningkat karena konsumsi gula pada anak.
Hal ini membuat para orang tua khawatir dengan kondisi anak-anak mereka.
Tetapi rupanya, kasus cuci darah pada anak bukan semata-mata karena makanan manis saja.
dr. Lucy Endang Savitri, Sp.A, dokter spesialis anak Rumah Sakit JIH Solo menjelaskan bahwa makanan manis tidak serta-merta menyebabkan diabetes mellitus pada anak sehingga membuatnya harus melaksanakan tata laksana cuci darah.
Sebelumnya juga diinformasikan bahwa susu UHT menjadi salah satu penyebab diabetes mellitus pada anak.
Menurutnya, kadar gula tinggi pada darah tidak selalu karena susu UHT.
"Mungkin tidak secara langsung kita bolang bahwa susu UHT bisa bikin diabetes mellitus," ujar dr. Lucy saat dihubungi Nakita.id
Ia menjelaskan bahwa bahayanya ada pada makanan atau minuman di dalam kemasan yang kadar gulanya tinggi dan terbiasa dikonsumsi oleh anak.
"Kemudian ada beberapa keluarga yang menganggap minuman dalam kemasan misalkan susu dalam kemasan ini adalah sehat sehingga bebas dikonsumsi," tambahnya.
Karena anggapan tersebut, sehingga anak dibebaskan mengonsumsi minuman kemasan termasuk susu dengan kadar gula yang tinggi.
"Kadang2 jadi tidak ada pembatasan sehingga anak-anak akan mendapatkan gula yang tinggi di setiap harinya, mungkin ada yang sehari 600-800 cc untuk minuman UHT ini," ungkapnya.
Baca Juga: Cara Menjaga Ginjal Anak Tetap Sehat di Tengah Maraknya Kasus Cuci Darah Usia Muda
Hubungan Diabetes dengan Cuci Darah
dr. Lucy juga menjelaskan bahwa tata laksana cuci darah tidak selalu dilakukan pada pasien diabetes mellitus.
"Cuci darah dilakukan karena adanya kerusakan atau gangguan fungsi ginjal," tuturnya.
"Dan nefropati diabetika adalah salah satu komplikasi diabetes mellitus karena tingginya kadar glukosa pada darah yang berkepanjangan akan membuat kerusakan pada pembuluh darah kecil termasuk di ginjal," jelasnya.
Sehingga jika gangguan diabetes mellitus tersebut sudah membuat kerusakan pada ginjal, maka pasien tersebut harus menjalani cuci darah.
"Kalau sudah terjadi gangguan pada fungsi ginjal maka harus mendapatkan tata laksana cuci darah," tutupnya.
Untuk menghentikan kebiasaan makanan atau minuman manis pada anak, dr. Lucy memberikan tipsnya.
"Kita bisa usahakan untuk mengubah kebiasan itu jadi kebiasaan lain, tentu saja harus ada dukungan dari orang tua atau keluarga lain atau yang mengasuh anak tersebut," ujar dr. Lucy.
dr. Lucy menyebutkan bahwa keluarga bisa memberikan makanan yang bergizi yang berasal dari protein hewani yang asli.
"Kalau pada anak2 yang sudah lepas ASI, pemberian susu kan bukan untuk menggantikan ASI ibunya, sehingga harus bijaksana menggunakan susu dari binatang yang bertujuan untuk pemenuhan salah satu kebutuhan protein hewani karena sebenarnya ada protein hewani lain yang tidak kalah penting manfaatnya. Misalnya; daging, ikan, udang, cumi, kakap, telur, ayam," tegasnya.
"Sehingga susu termasuk di dalamnya dan bukan superfood bisa mengganti apapun," ungkap dr. Lucy.
Baca Juga: Jangan Diabaikan, Inilah Gejala Diabetes Mellitus Saat Hamil yang Berisiko
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR