Tabloid-Nakita.com - Selepas usia 6 bulan, tepatnya saat anak mendapatkan MPASI, anak mulai dikenalkan dengan sayuran. Jenis sayuran yang biasa diberikan di antaranya bayam dan seledri, bayam, wortel, dan tomat. Nah, saat BAB tidak sedikit Mama yang kaget begitu melihat ada sisa sayur pada tinja bayi atau anak. Bentuknya utuh lagi, seolah tidak mengalami proses pencernaan di usus. Normalkah? Apakah pencernaan si kecil bermasalah?
"Serat memang sulit dicerna, karena kita tidak punya enzim selulose tapi kuman di usus punya. Bisa saja kuman ini tidak mencerna semua serat yang masuk ke usus, jadi itu hal yang normal," kata Prof Dr Agus Firmansyah SpA(K) dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM.
Baca juga: Yuk deteksi penyakit anak lewat warna tinja
Pada anak, lanjut Prof Agus, yang terpenting tidak BAB paling maksimal tiga hari sekali, sementara paling sering tiga kali sehari. Bentuk feses anak pun harus dipastikan normal.
"Ada empat bentuk feses yaitu cair, setengah padat, nah yang normal itu yang berbentuk. Ada bentuk lain yaitu keras. Kalau feses anak berbentuk bulat-bulat itu berarti sembelit dan ada gangguan," tegas Prof Agus dalam acara Nutritalk 'Pembentukan Pola Makan Sehat Sejak Dini' di Bebek Bengil Resto, Jl KH Agus Salim, Jakarta Pusat, dan ditulis pada Selasa (16/6/2015).
Pengenalan sayur dan buah sebagai sumber serat sejak dini amat penting. Sebab, dikatakan Prof Agus kekurangan sayur dan serat bisa menyebabkan atrofi pada dinding usus. Saat berada di usus besar, serat dicerna menjadi asam lemak rantai pendek.
Serat juga penting sebagai 'makanan' usus, karena jika tidak ada serat, dinding usus menipis. Serat pun berfungsi sebagai 'kerangka' tinja. Tak hanya itu, serat bermanfaat untuk memperlambat gerakan makanan di usus sehingga makanan terserap dengan lebih baik.
Baca juga: Kondisi Tinja Mampu Deteksi Kesehatan Anak
Prof Agus mengatakan, pada prinsipnya usus yang sehat memiliki anatomi yang baik. Selain anatomi, usus juga harus memiliki fungsi pecernaan, penyerapan, hormon, dan imunitas yang baik. Apalagi, usus juga berguna sebagai barrier sehingga tidak boleh luka karena bertugas menghadang kuman.
"Probotiok atau kuman hidup yang jika ditelan bisa memberi efek positif bagi tubuh itu bagus untuk usus. Pada usus, probiotik berguna memperbaiki komposisi mikrobiota. Komponen penting lainnya bagi usus yaitu zinc yang berguna untuk sintesis DNA, sehingga jumlah sel dalam usus bertambah. Sayangnya, di Indonesia 50-60% balita masih kekurangan zinc," papar Prof Agus.
Baca juga: 10 Hal yang Perlu Diketahui Mengenai Pup Bayi
Selain serat, probiotik, dan zinc, glutamin juga penting sebagai 'makanan' usus halus. Glutamin banyak terkandung di daging dan unggas, seafood, produk susu, telur, serta kacang. Di ASI pun terkandung glutamin. Nah, glutamin, lanjut prof Agus, selain sebagai makanan usus halus berfungsi juga untuk perkembangan sel-sel pada usus.
"Sementara, prebiotik, berguna untuk menstabilkan epitel usus sehingga usus menjadi utuh dan sehat. Prebiotik juga terkandung dalam ASI dalam bentuk Human Milk oligosaccharides (HMO)," pungkas Prof Agus.
Ipoel
Sumber: Detikhealth
KOMENTAR