Tabloid-nakita.com.- Ditegur karena melakukan kesalahan, lalu alih-alih meminta maaf, batita membicarakan hal lain. Itulah yang disebut mengalihkan pembicaraan. Kemampuan ini melibatkan banyak kemampuan untuk melakukannya, mulai kemampuan berbicara dan berbahasa, perkembangan kognitif atau kecerdasan anak, imajinasi, juga emosi sosial. Karena melibatkan beberapa kemampuan, biasanya masih sulit dilakukan oleh anak-anak yang berusia kurang dari 2 tahun mengingat perkembangan bahasa mereka masih lebih terbatas. Biasanya mereka baru mulai mengeluarkan kata-kata sederhana yang masih terbatas. Nah di atas usia 2 tahun, anak mulai dapat membicarakan objek yang secara fisik tidak ada. Yang kemudian muncul biasanya berupa permainan pura-pura.
Terkait dengan usaha “mengalihkan” pembicaraan ini, biasanya muncul jika ia sudah memahami permainan berpura-pura. Umumnya bisa terjadi pada anak di atas usia 2 tahun. Sebab di usia ini pun imajinasi anak juga berkembang. Jadi bukan tidak mungkin ia pun mampu mengalihkan pembicaraan dengan seolah-olah sedang memainkan hal yang lain. Seperti kasus di atas, ketika Rika ditegur, ia berusaha pura-pura tidak mendengar, bahkan mencoba mengalihkan perhatian dengan menunjuk cicak di dinding. Tujuannya mungkin untuk mengurangi rasa takut atau berharap mamanya tidak melanjutkan kemarahannya.
Mengapa anak batita senang mengalihkan pembicaraan? Itu terkait dengan konteks perkembangan moral yang dipelajari anak dari lingkungannya. Batita belajar paling banyak dan intensif melalui pengamatan terhadap lingkungannya. Misalnya ia mempelajari, ia tidak boleh memukul kakak agar kakak tidak marah. Ketika ia memukul kakak dan ibu tahu, maka ibu akan marah. Ia belajar sebaiknya ketika telanjur memukul ia lebih baik membicarakan hal lain. Bukan karena ia berupaya menghindari hukuman, namun lebih karena ia memiliki pengalaman tidak menyenangkan jika ia telanjur memukul kakak dan ibu mengetahuinya. Misalnya, ia pernah tidak dibelikan mainan gara-gara memukul kakaknya dengan penggaris ketika kakaknya sedang belajar. Atau bisa saja anak-anak usia batita belajar dengan meniru perilaku orang-orang di sekitarnya. Tanpa memerhatikan hal tersebut baik dan buruk, hanya berdasarkan kebiasaan atau perilaku yang sering mereka lihat. Dengan mengalihkan perhatian atau pembicaraan, anak berharap orangtua dapat terkecoh sehingga tidak marah atau meredakan amarahnya.
Selain itu, boleh jadi perilaku itu muncul si batita berusaha membuat situasi yang menyenangkan dan nyaman baginya. Saat ia ditegur atau dimarahi, maka ia berusaha membuat situasi nyaman, salah satunya dengan senang mengalihkan pembicaraan.
Bagaimana respons orangtua demi melihat perilaku anak ini? Respons dua permasalahan secara tepat. Pertama, respons dahulu usaha pengalihannya terlebih dahulu, ”Iya, Mama lihat cicak.” Setelah itu yang kedua, jangan lupa untuk mengembalikan permasalahan pokoknya, yaitu ulahnya yang menjatuhkan vas bunga hingga pecah. “Ngomong-ngomong cicak itu sedang memerhatikan kamu yang sudah memecahkan vas bunga Mama.” Kemudian jelaskan, apa yang dilakukannya adalah tidak baik, alias tidak perlui ia lakukan. ”Mama udah bilang, jangan mainkan vas bunga. Kamu mainkan, akhirnya pecah deh vas bunga tersebut.” Dengan penjelasan itu, diharapkan anak mengerti tentang perilaku baik dan buruk serta konsekuensi dari perilaku mereka. Ia harus tahu bahwa menjatuhkan dan memecahkan vas bunga adalah tindakan yang tidak boleh dilakukan. Apalagi kita sudah memberinya nasihat atau teguran sebelumnya. Kecuali jika ia melakukannya tanpa sengaja, mungkin bisa lebih ditoleransi.
Penjelasan ini harus konsisten dan tepat sehingga dapat dipahami anak dengan baik. Jika dibiarkan, anak akan menganggap perilakunya dapat dibenarkan oleh lingkungan. Misalnya, tak masalah memecahkan vas bunga, nanti aku akan pecahkan benda yang lain seperti gelas, frame foto, jam meja, dan lainnya. Demikian pula jika mengalihkan pembicaraannya tak kita respons dengan baik, anak akan belajar sedikit demi sedikit untuk melarikan diri dari permasalahan atau kesalahan, atau menunda atau menolak hal yang menjadikannya tidak nyaman secara emosional akibat kesalahannya. Bila kita fokus pada pembicaraan pengalihan anak, kemudian melupakan kesalahannya, dikhawatirkan anak akan mengulang-ulang perilakunya tersebut, hingga pemahamannya tentang perilaku yang diharapkan justru kabur. Intinya, respons dan arahkan dengan baik.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Santi Hartono |
Editor | : | Santi Hartono |
KOMENTAR