Tabloid-nakita.com – Menggigiti kuku umumnya merupakan salah satu bentuk kebiasaan yang disebabkan oleh perasaan takut atau gelisah (nervous habits). Jika Mama tak ingin si kecil terus melanjutkan hobinya itu, berikut beberapa cara mudah menyetop kebiasaan menggigiti kuku yang bisa Mama terapkan di rumah:
Menurut Janis Keyser, pendidik sekaligus penulis buku Becoming the Parent You Want to Be, orangtua yang merasa khawatir tentu ingin mencoba menyetop kebiasaan menggigiti kuku tersebut, dan tidak ada salahnya untuk menjadikan hal itu sebagai target jangka panjang. Namun, sebelum melakukannya, hal yang lebih penting adalah mencari tahu akar penyebab perilaku tersebut sambil merenungkan apakah ada pemicu stres dalam hidup anak Mama yang harus dihilangkan.
Jika Mama bisa menebak kira-kira apakah penyebab kecemasan si kecil—misalnya, pindah rumah, perceraian dalam keluarga, sekolah baru, atau lomba tari yang harus segera ia lakoni—Mama sebaiknya meluangkan waktu dan mencari akal untuk membantunya membicarakan kecemasannya. Hal ini lebih mudah dikatakan daripada dilakukan bagi sebagian besar anak, tapi menyodorkan alasan super konyol soal kegemaran menggigit kuku (“Ah, Mama tahu! Kakak sedang mencoba mengasah gigi, ya?!”) mungkin akan membuatnya memberi tahu apa yang sebenarnya membuat dia khawatir.
Kecuali anak Mama benar-benar ingin menghentikan kebiasaannya menggigiti kuku, tidak ada banyak hal yang bisa Mama perbuat soal itu. Seperti nervous habits lainnya, menggigiti kuku cenderung dilakukan secara tidak sadar.
Jika anak Mama bahkan tidak menyadari bahwa dia menggigiti kukunya sendiri, mengomel dan menghukum hanya akan menjadi strategi yang sia-sia. Bahkan orang dewasa pun butuh waktu lama serta usaha yang keras untuk bisa menghentikan kebiasaan semacam ini.
Jika kebiasaan si kecil sudah sangat mengganggu Mama, beri sejumlah batasan. “Dilarang menggigiti kuku saat berada di meja makan” sama masuk akalnya dengan peraturan lain seperti “Dilarang memberi makan kucing langsung dari piringmu.”
Yang terpenting, Mama harus berusaha tetap tenang dan tidak terbawa emosi. Jika Mama memilih untuk menekan emosi selama yang Mama bisa kemudian meledak dan membentak si kecil dengan kalimat seperti, “Berhenti menggigiti kukumu! Mama sudah benar-benar tidak tahan!”, hal itu hanya akan memicu pertengkaran yang panjang dan menguras tenaga.
Secara umum, selama anak Mama tidak menyakiti dirinya sendiri dan tidak tampak berada dalam kondisi tertekan, cara terbaik yang bisa Mama lakukan adalah menjaga kuku jarinya terpotong pendek dan rapi, mengingatkan ia untuk sering-sering mencuci tangannya, dan mencoba menaruh perhatian Mama di hal-hal lain. Jika terus menekan si kecil untuk berhenti, Mama hanya akan menambah rasa stresnya dan malah berisiko menguatkan perilaku tersebut.
Selain itu, intervensi dalam bentuk apapun dari Mama—seperti menggambari kukunya dengan gambar-gambar buruk rupa—akan terasa seperti hukuman baginya, baik Mama memang bermaksud seperti itu atau tidak. Apabila Mama bisa menahan diri dan memilih untuk tidak terlalu cerewet, anak akan cenderung lebih bisa menghilangkan kebiasaan itu sendiri, saat dia siap, dan akan merasa semakin nyaman untuk meminta bantuan Mama.
Jika teman-teman si kecil mengejeknya karena kebiasaannya itu, dia mungkin akan siap untuk berhenti—dan sangat membutuhkan bantuan Mama.
Yang sebaiknya Mama lakukan, pertama-tama, bicaralah dengannya soal ejekan yang ia terima dan dorong ia untuk memberi tahu Mama apa yang ia rasakan. Beri tahu si kecil bahwa Mama sangat dan akan tetap menyayanginya bagaimanapun bentuk kukunya. Setelah itu melangkahlah lebih jauh untuk bersama-sama mencari solusi yang bisa dilakukan anak Mama.
Masih ada beberapa cara mudah menyetop kebiasaan menggigiti kuku yang sama mudahnya, yang akan diulas di artikel berikut ini.
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
Penulis | : | Santi Hartono |
Editor | : | Santi Hartono |
KOMENTAR