Mitos 6: Menenggak sirop obat batuk bantu Anda hamil.
Mitos kehamilan ini sudah beredar luas sejak era ’80-an dan harus diakhiri sekarang. Teori di balik mitos ini ada hubungannya dengan salah satu bahan yang umum ditemukan dalam sirup obat batuk: guaifenesin. Dalam sebuah penelitian tahun 1982, obat batuk dianggap mendorong kesuburan yang potensial karena kemampuannya menipiskan lendir serviks, sehingga memudahkan perjalanan sperma bertemu sel telur. Namun, mengingat tak pernah ada penelitian yang bisa membuktikan teori di atas, sebaiknya Anda tidak mengikuti saran aneh tersebut. Faktanya, zat antihistamin dalam obat batuk memberi dampak buruk bagi kesuburan bila dikonsumsi dalam dosis berlebihan.
Mitos 7: Adopsi bayi, “pemancing” kehamilan.
Saran ini, walaupun tak pernah ada bukti ilmiahnya, terus menyebar dari waktu ke waktu. Banyak calon mama menjadikannya pedoman karena melihat mitos kehamilan ini berhasil pada beberapa orang. Mengadopsi anak tentu adalah hal yang baik. Akan tetapi, anggapan adopsi sebagai “pemancing” sebaiknya dianggap sebagai sebuah kebetulan saja dan jangan dijadikan ekspektasi untuk bisa hamil.
Mitos 8: Pil KB bikin susah hamil
Faktanya, pil KB tidak pernah memengaruhi kesuburan Anda. Penelitian menunjukkan, saat Anda berhenti mengonsumsi pil KB, ovulasi akan segera terjadi selang waktu tiga bulan, atau mungkin lebih cepat lagi. Malahan, pil KB bisa berperan sebagai pelindung rahim. Pil mampu memperlambat atau bahkan mencegah timbulnya kista rahim dan endometriosis. Endometriosis adalah sebuah kondisi ketika jaringan rahim tumbuh di luar rahim, misalnya pada organ-organ lain seperti tuba falopi (saluran telur) dan ovarium (indung telur). Kista dan endometriosis ini dapat mengganggu ovulasi.
Deasy Siallagan
KOMENTAR