Tabloid-Nakita.com - Plasenta adalah organ vital bagi janin. Organ inilah saluran penghubung bagi ibu dan janin. Lewat plasenta ini, janin mendapatkan semua kebutuhannya agar ia tetap tumbuh dan berkembang, yaitu asupan nutrisi, darah, serta oksigen.
Nah, normalnya plasenta akan lepas setelah bayi dilahirkan. Namun pada kasus Ruptured Placenta (RP) atau dikenal juga dengan istilah Solutio Placenta atau Abruptio Placenta, plasenta sudah lepas saat bayi masih berada dalam rahim. Plasenta yang lepas dari dinding rahim bisa hanya sebagian, namun dapat juga seluruhnya. Jika yang lepas seluruh plasenta, maka hubungan Ibu dan janin akan langsung terputus. Ini berarti aliran darah dari Ibu ke bayi akan otomatis terhenti. Begitu juga dengan aliran makanan dan oksigen (O2). Karena tidak mendapatkan O2, janin terancam mengalami hipoksia (kekurangan oksigen) dan terhenti kehidupannya.
Pada kondisi plasenta lepas sebagian, umumnya akan terjadi perdarahan dalam rahim. Bila darah yang keluar cukup banyak, darah bisa masuk ke sela-sela otot rahim dan menyebabkan nyeri hebat dan perut tegang. Dalam usaha menutup luka perdarahan, faktor pembekuan darah bisa terlalu banyak terpakai sehingga mengakibatkan perdarahan keluar di tempat lain, bisa hidung, telinga, mata, bahkan pori-pori tubuh. Akibatnya yang bersangkutan dapat mengalami anemia, hipotensi, hingga kegagalan multiorgan. Kondisi ini tentu perlu mendapat penanganan medis segera.
Pada dasarnya, Ruptured Placenta (RP) atau Plasenta Lepas bisa dialami oleh semua perempuan hamil, namun yang lebih berisiko adalah :
Ibu hamil dengan hipertensi/preeklamsia/eklamsia. Tingginya tekanan darah akan memperbesar peluang mama mengalami plasenta lepas sebelum waktunya.
Pernah mengalami benturan pada kandungan. Trauma dan benturan yang hebat juga menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya plasenta lepas.
Pernah melakukan pemutaran posisi janin sehingga menyebabkan lepasnya plasenta.
Mereka yang memiliki tali pusat pendek. Tali pusat yang pendek akan memperbesar risiko lepas karena saat berada di dalam kandungan, janin akan bergerak, memutar, dan sebagainya.
Ketuban pecah sebelum waktunya.
Pengecilan yang tiba-tiba pada hidramnion atau kehamilan kembar. Pada kondisi hidramnion, volume air ketuban meningkat sehingga menekan plasenta ke dinding rahim. Demikian juga pada kehamilan kembar, rahim yang seharusnya berisi 1 bayi, ini ada 2 bayi atau lebih. Kondisi ini menekan plasenta ke dinding rahim.
Diabetes melitus terkadang dapat memicu kondisi ini. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab ini, Ibu hamil diharapkan dapat lebih meningkatkan kewaspadaan. Contoh, jika terdeteksi mengalami hipertensi, Ibu perlu menjaga agar tekanan darah dapat selalu di kontrol dengan baik. Bila posisi bayi tidak normal, seperti sungsang atau melintang, jangan mencoba memperbaiki dengan memutar posisinya. Hindari benturan pada perut. Juga tentu, selalu berhati-hati untuk tidak terjatuh. Hindari tempat licin dan perhatikan alas kaki yang Ibu gunakan.
Apa Bedanya Antara Ruptured Placenta (RP) Atau Plasenta Lepas Dengan Placenta Previa ?
Jika plasenta berimplantasi di tempat yang salah, misal pada jalan lahir, maka kondisi tersebut dinamakan Placenta Previa, bukan Ruptured Placenta (RP) atau Plasenta Lepas. Disebut Ruptured Placenta (RP) jika plasenta berimplantasi di tempat yang normal dan lepas saat usia kehamilan minimal 22 minggu atau berat bayi minimal 500 gram.
Hal-Hal Yang Perlu Dilakukan Jika Terjadi Plasenta Lepas
Jika seorang Ibu Hamil menunjukkan gejala-gejala / tanda-tanda Ruptured Placenta (RP) atau Plasenta Lepas, peran keluarga atau siapa pun yang ada di dekat si Ibu sangatlah besar.
Bila terjadi pada kehamilan di atas 5 bulan, si Ibu mengeluh nyeri perut , tegang, disertai perdarahan sedikit di vagina, apalagi ada riwayat tekanan darah tinggi, maka saat itu juga Ibu harus segera dibawa ke rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas operasi. Waktu sangat berharga untuk menyelamatkan Ibu dan janin.
Sampaikan kondisi Ibu pada tim medis sedetail-detailnya. Dokter akan menegakkan diagnosis dengan cara : anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun dengan alat bantu, seperti USG. Hal ini penting dilakukan karena ada kondisi lain yang mirip Ruptured Placenta (RP), seperti plasenta previa dan vasa previa yang pecah.
Setelah diagnosis Ruptured Placenta (RP) ditegakkan, penanganan yang dilakukan oleh dokter bergantung pada berat ringannya Ruptured Placenta (RP) dan usia kehamilan saat itu.
Menghentikan Ruptured Placenta (RP) dengan melahirkan bayi dan plasenta secepat mungkin melalui bedah sesar.
Bila uterus sudah membiru (uterus couvelarere) dan perdarahan dari uterus tidak dapat dihentikan, mungkin dilakukan pengangkatan rahim. Selanjutnya menangani komplikasi yang mungkin dan sudah terjadi.
Bila kehamilan aterm (cukup bulan), dilakukan pengakhiran kehamilan segera.
Bila kehamilan belum cukup bulan dan Ruptured Placenta (RP) berkembang ke arah yang lebih berat , kehamilan harus segera diakhiri untuk menyelamatkan nyawa Ibu dan bayi.
Bila Ruptured Placenta (RP) tidak bertambah berat, kehamilan bisa diteruskan dengan pemberian obat pematangan paru untuk janinnya dan serta mengatasi kelainan yang timbul, seperti anemia, hipertensi, dan mencegah terjadinya komplikasi.
Namun bila terjadi gawat janin, maka kehamilan harus disudahi juga.
Tindakan Medis Ruptured Placenta (RP) Ringan :
Karena tidak timbul komplikasi bahkan sering kali tidak diketahui, biasanya dokter hanya melakukan observasi denga lebih ketat. Hal ini dilakukan supaya jangan sampai terlambat mendeteksi Ruptured Placenta (RP) menjadi tambah berat.
Berikut ini adalah tanda-tanda dari terjadinya Ruptured Placenta (RP) :
Pada Ruptured Placenta (RP) atau Plasenta Lepas ringan, sering kali tidak ada keluhan. Biasanya baru terdeteksi setelah bayi lahir. Saat plasenta lahir ditemukan adanya stolsel (gumpalan darah mati di bagian dalam plasenta) atau bisa juga ditemukan saat pemeriksaan dengan USG.
Pada Ruptured Placenta (RP) sedang, perdarahan sekitar 200-500 cc. Biasanya akan ada keluhan nyeri perut yang menetap, perut mengalami nyeri tekan dan kaku, kadang ada perdarahan sedikit dari vagina.
Pada Ruptured Placenta (RP) berat, plasenta terlepas lebih dari setengah dengan perdarahan sekitar 100 cc, perut sakit dan tegang, ibu hamil mengalami syok, terkadang juga terjadi gangguan multiorgan. Umumnya bayi sudah meninggal dalam rahim.
KOMENTAR