Tabloid-Nakita.com - Kehamilan adalah impian semua pasangan yang sudah menikah. Kehadiran malaikat kecil menjadi pelengkap dan penghibur dalam rumah tangga terlebih lagi pasangan yang sudah lama menikah. Namun, permasalahan kerapkali dialami selama masa kehamilan, salah satunya adalah keguguran.
Keguguran adalah mimpi buruk bagi Ibu hamil, apalagi kehamilan sudah dinanti sejak lama. Sayangnya, saat mengalami keguguran tak sedikit Ibu yang menyalahkan dirinya sendiri karena merasa tak bisa menjaga kehamilannya dengan baik.
Oleh karena itu, ketahuilah mitos keguguran berikut agar Ibu tak lagi menyalahkan diri sendiri, menurut Heather Rupe, DO, dokter spesialis kandungan di Franklin dan Williamson Medical Center, serta penulis buku The Pregnancy Companion: A Faith-Filled Guide for Your Journey to Motherhood.
1. Mitos yang mengatakan keguguran adalah kesalahan Ibu
Lebih dari 70 persen Ibu yang mengalami keguguran disebabkan karena adanya kromosom yang abnormal. Itu berarti, sperma dan telur tidak bersatu dengan baik sehingga kehamilan tidak berhasil sejak awal. Oleh karena itu, singkirkan anggapan bahwa keguguran disebabkan oleh Ibu, karena tidak mengonsumsi makanan sehat, lupa minum vitamin, olahraga atau stres. Keguguran tak terjadi semudah itu.
2. Pendarahan berarti keguguran
Saat timbul bercak darah di pakaian dalam, tentunya membuat Ibu sangat khawatir dan langsung berfikir bahwa ia mengalami keguguran. Bercak darah memang bukanlah tanda yang baik, tapi bukan berarti keguguran. Pendarahan, khususnya dalam jumlah kecil dan tidak berkaitan dengan rasa sakit, biasanya kemungkinan berasal dari serviks atau jaringan vagina, bukan dari rahim. Sebanyak 12 persen ibu hamil yang mengalami pendarahan pada semester awal kehamilan akan melahirkan bayi yang sehat. Namun, 15 persen Ibu yang mengalami pendarahan saat hamil berakhir dengan keguguran. Tapi Ibu tak perlu terlalu khawatir, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
3. Keguguran akan terjadi lagi
Tingkat keguguran pada wanita sehat di bawah usia 35 tahun sekitar 15 persen. Keguguran selama usia kandungan 12 minggu tidak akan meningkatkan risiko keguguran pada kehamilan berikutnya. Namun, meski pernah mengalami beberapa kali keguguran, tak akan memengaruhi kondisi bayi pada kehamilan berikutnya. Bayi akan lahir dalam kondisi sehat, meski ibunya pernah mengalami keguguran di kehamilan sebelumnya. Karena itu, berbagai tes akan disarankan oleh dokter untuk dilakukan.
Keguguran memang dapat memberikan pukulan berat pada Ibu hamil. Namun, bukan berarti Ibu akan mengalami hal yang sama pada kemudian hari. Konsultasikan pada dokter saat Ibu mengalami kehamilan lagi.
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
KOMENTAR