Tabloid-Nakita.com – ASI merupakan makanan terbaik yang dibutuhkan oleh bayi, Mama juga diwajibkan untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan agar si kecil dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Sayangnya, ada sebagian Mama yang mengalami kesulitan dalam memberikan ASI kepada bayi. Nah, adakah alasan medis yang memperbolehkan Mama menggunakan Pengganti ASI (PASI) kepada si kecil.
Menurut dr Utami Roesli selaku Pakar Laktasi & Konsultan Laktasi Indonesia menyatakan bahwa pemberian susu formula seharusnya dapat sesuai dengan indikasi medis, seperti yang sudah dilakukan dibeberapa negara maju.
“Susu formula tidak dijual bebas di pasaran, tapi seharusnya dapat diperlakukan layaknya obat yang harus menggunakan resep dokter,” ujar Utami.
Dr James dari Australian Medical Association juga menyatakan hal yang serupa, yaitu agar susu formula tidak dijual bebas di toko-toko dan hanya melalui resep dari tenaga kesehatan karena sang Mama mengalami masalah menyusui, seperti nyeri saat menyusui, produksi ASI kurang dan berbagai masalah lainnya yang membuat Mama memutuskan untuk memberikan susu formula kepada sang buah hati.
WHO dan UNICEF juga telah mengeluarkan penyataan seputar kondisi Mama yang tidak diperbolehkan memberikan ASI kepada sang buah hati baik menyusui secara langsung maupun ASI perah dan membuat Mama menggunakan pengganti ASI, seperti berikut ini:
Kondisi Mama yang memang dilarang untuk menyusui secara permanen, misalnya Mama terinfeksi HIV.
Kondisi yang mengharuskan Mama berhenti menyusui sementara waktu, seperti:
Mama memiliki penyakit yang membuat Mama tidak diperbolehkan merawat bayi, seperti spesis.
Mama menderita Virus Herpes Simplex tipe 1 (HSV-1) dan cacar air. Kontak langsung antara luka pada payudara Mama dan mulut bayi sebaiknya dihindari hingga Mama dinyatakan sembuh.
Mama sedang menjalani pengobatan, seperti:
- Obat-obatan psikoterapi sejenis obat penenang, obat anti epilepsi dan opioid
- Radioaktif iodin-131 dan yodium atau yodofor topikal
- Kemoterapi
Kondisi Mama yang memiliki kelainan anatomi payudara seperti hypoplasia dan berbagai penyebab lain yang menyebabkan terhambatnya Laktogenesis 2 (DOL/Delayed Onset of Lactation).
Sedangkan berikut ini beberapa kondisi bayi yang memang membutuhkan susu formula, setelah upaya ASI perah dan donor ASI yang sudah dilakukan tidak berbuah manis.
Berat badan bayi mengalami penurunan sebanyak 10 persen setelah hari kelima dari kelahirannya yang disebabkan oleh berbagai sebab.
Berat badan bayi saat lahir sangat rendah yaitu kurang dari 1.500 gram.
Bayi prematur terutama dengan usia kehamilan kurang dari 32 minggu.
Bayi yang mengalami hipoglikemia karena mengalami gangguan adaptasi metabolik atau peningkatan kebutuhan glukosa atau gula darah gagal merespon pemberian ASI.
Bayi yang mengalami dehidrasi atau kehilangan cairan akut, misalnya bayi kuning yang memerlukan terapi sinar, walau sudah diupayakan menyusui secara langsung dan diperikan ASI perah tapi asupannya tetap tidak tercukupi.
BAB bayi masih berupa mekonium setelah lima hari pasca kelahiran.
Bayi yang mengalami Failure To Thrive (FTT) atau gagal tumbuh.
Kelahiran multiple, seperti kembar 2 (twins), kembar 3 (triplet) yang memang kebutuhan ASI si kecil tetap tidak terpenuhi walaupun Mama sudah menyusui secara langsung dan memerah.
Bayi yang diadopsi
Bayi yang menderita penyakit serius atau memiliki kelainan pada anatomi tubuhnya, seperti bibir sumbing yang menyebabkan ia tidak dapat menyusui secara langsung.
Bayi yang menderita penyakit kelainan metabolisme langka seperti galaktosemia klasik, penyakit kemih beraroma sirup maple, bayi dengan fenilketonuria di mana bayi tidak bisa menerima ASI atau hanya bisa menerima susu formula khusus.
Perlu Mama ketahui, bahwa yang terpenting adalah asupan nutrisi untuk si kecil tercukupi agar ia dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Nah, bagi Mama yang ingin mengetahui lebih detail seputar ASI dan menyusui, Mama dapat membaca Buku Pintar ASI & Menyusui. #SalamASI#HappyBreastfeeding (PR)
KOMENTAR