Tabloid-Nakita.com - Bayi sering menangis adalah hal yang wajar, karena ia hanya dapat melakukan komunikasi dengan Mama melalui tangisan. Saat lapar ia akan menangis, saat buang air ia juga akan menangis. Tapi tahukah Mama, jika bayi terlalu sering menangis dapat merusak otaknya. Benarkah?
Pakar perkembangan anak di Inggris menyarankan agar para orangtua tidak membiarkan bayinya menangis terlalu lama. Pasalnya, bayi yang menangis terlalu lama dapat berisiko mengalami gangguan otak.
Klaim yang memunculkan perdebatan ini disampaikan Dr Penelope Leach dalam buku terbarunya The Essential First Year - What Babies Need Parents to Know. Dr Leach bilang, kajian riset terbaru membuktikan bahwa menangis dalam waktu lama dapat mengganggu pembentukan otak sehingga menimbulkan kesulitan bagi anak dalam belajar di masa hidupnya.
"Ini bukanlah sebuah opini, tetapi fakta bahwa membiarkan anak menangis itu berpotensi menimbulkan kerugian. Sekarang kami mengetahui mengapa hal itu berisiko," ujar pakar yang terkenal dengan bukunya pada 1970 berjudul Your Baby And Child: From Birth To Age Five.
Akan tetapi, masih banyak pro dan kontra mengenai teori tersebut. Pasalnya, teori tersebut bertolak belakangan dengan keyakinan orangtua dan juga para ahli yang justru membiarkan bayi mereka menangis selama 20 menit. Terlebih lagi keyakinan tersebut didukung oleh pendapat beberapa pakar perkembangan anak, termasuk "Queen of Routine", Gina Ford—penulis buku The Contented Little Baby Book pada 1999—menyarankan para orangtua untuk menerapkan kebiasaan pada bayi mereka seperti membiarkan menangis hingga terbentuk pola tidur yang teratur.
Namun, Dr Leach mengatakan, bayi yang baru lahir belum memiliki kematangan secara mental untuk "belajar" tidur pada saat yang tepat. "Bayi yang dibiarkan meronta dalam waktu yang cukup lama memang akan berhenti menangis, tetapi bukan karena ia telah belajar tidur sendiri dengan cara menyenangkan. Melainkan karena kelelahan dan putus asa mencari pertolongan," ungkap Dr Leach.
Selain itu, Dr Leach juga melanjutkan bahwa menangis dalam waktu yang lama dapat memicu terjadinya peningkatan produksi hormon stres, yaitu kotisol. Kortisol yang terlalu banyak diproduksi akan membahayakan otak. "Beberapa ahli saraf menggambarkan hal itu akan menjadi racun bagi otak," ujarnya.
Walau demikian, Dr Leach melanjutkan bahwa bukan berarti bayi tak boleh menangis sama sekali atau membuat orangtua menjadi khawatir saat melihat anaknya menangis.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
KOMENTAR