Tabloid-Nakita.com - Orangtua mana sih yang tak senang dan bangga ketika penampilan bayinya dibilang keren, cantik, ganteng, lucu oleh orang lain? Di dalam hati pasti ada perasaan puas dan bahagia, bukan? Rasanya tak sia-sialah sudah membelanjakan serta meluangkan waktu untuk hunting baju-baju keren terkenal yang modelnya enggak pasaran. Meski begitu, hati-hati zat kimia pada baju bayi anda.
Desainer sekaligus pemilik Parentalbaby T-Shirt Company, Phaerlymaviec Musadi Ratulangie, yang akrab dipanggil Ompei, menjelaskan lebih detail mengenai bahan baju. Sebagai seorang papa dan penggiat di bidang streetwear, Ompei sadar betul masalah keamanan bahan untuk pakaian bayi.
Menurut Ompei yang telah lama berkecimpung pada miniatur streetwear baju bayi, serat bahan kaus pada dasarnya berasal dari tiga hal, yaitu serat alami, serat sintetis (seperti polyester), dan serat campuran (cotton blend atau TC, CVC atau biasa ditulis 50/50). “Nah, kalau kaus untuk bayi disarankan menggunakan serat alami, karena serat seperti katun dapat menyerap keringat dengan lebih baik, sehingga baju tidak lembap yang rentan akan jamur dan bakteri,” paparnya.
HATI-HATI ZAT KIMIA PADA BAJU BAYI
Meski bahan alami lebih baik, tapi tidak sepenuhnya aman dari paparan zat kimia. Bahan katun, misalnya, terkadang telah terpapar tingkat pestisida yang tinggi dan bahan-bahan kimia yang tidak aman pada proses pencelupan warnanya. Bahan-bahan seperti cadmium, timah, dan bahan logam berat lainnya sering digunakan dalam pencelupan kain untuk menghasilkan warna yang vibrant, meskipun dapat dinetralkan oleh bahan kimia lainnya seperti sulfur.
Ompei juga mengingatkan para mama agar berhati-hati memilih baju bayi yang bersablon. Untuk pengetahuan para orangtua, saat ini jenis sablonan bervariasi, dari yang sekadar rata menyerap pada permukaan kaus, hingga yang timbul dan berbentuk tiga dimensi di atas permukaan kain.
Berdasarkan pengalaman sebagai seorang papa, Ompei selalu memilihkan baju bayi yang bahannya kalau dipegang oleh tangan lembut dan terlihat kokoh/tak mudah lepas. Ia selalu memerhatikan juga label atau tag yang tertera pada baju-baju bayi yang dipilihnya. Bagi produk branded, label tersebut sudah menjelaskan secara spesifik, apakah baju tersebut terbuat dari bahan katun murni (pure cotton) atau katun campuran (cotton blend).
Sablonan tersebut biasanya menggunakan tinta plastisol (tinta sablon yang berbahan dasar PVC/polyvinyl chloride resin). Kalaupun ingin memilih kaus bersablon, pilih yang model sablonannya berbasis air. Ciri-cirinya terasa lembut jika disentuh tangan (soft handfeel). Nah, sablonan baju bayi yang berbasis air ini, jauh lebih aman untuk bayi dan anak dibandingkan dengan cat plastisol, kecuali baju tersebut memang diproduksi oleh pabrik garment atau brand yang sudah terjamin nama dan kualitasnya.
Untuk amannya, lanjut Ompei, Mama dan Papa bisa memilih bahan baju bayi dengan warna-warna alami dan soft. Baju berwarna soft umumnya tidak membutuhkan terlampau banyak kimia dalam mengikat proses pewarnaannya.
Selain warna, pilihlah baju bayi yang kainnya diolah secara organik dan tidak menggunakan pestisida atau yang diolah dengan bahan alternatif seperti bamboo cotton. Biasanya, bahan-bahan yang diolah secara organik memiliki sertifikasi pada labelnya seperti Ökotex atau label Soil Association yang menjamin tidak adanya pestisida dan proses-proses yang tidak ramah lingkungan pada bahan.
Khusus Bamboo cotton, katun bambu ini memang baru hadir dalam dunia perkausan. Namun kain jenis ini memiliki banyak keunggulan, serat bambu mengandung antibacterial alami yang disebut "bamboo kun". Serat ini tidak mudah bau dibandingkan dengan serat sintetis. Bambu juga memiliki sifat unik, yaitu menjaga kulit bayi tetap sejuk karena pori-pori bisa tetap “bernapas” pada serat bambu, namun tetap menjaga hangat tubuh si kecil. Karena itulah, kain bambu sering disebut memiliki sifat-sifat thermo-control.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
KOMENTAR