Tabloid-nakita.com – Saat si kecil yang masih bayi terlihat marah, Mama mungkin menjadi sedikit kaget. Sering terpikir, Masak sih bayi bisa marah. Kebimbangan semacam itu mungkin menguasai perasaan Mama dan lambat laun kekhawatiran mulai muncul, apakah bayi bisa marah?
Jawabannya, ya. Bahkan bayi baru lahir pun bisa menangis kencang jika dia terbangun dengan rasa lapar dan tidak segera disusui. Semua orangtua tahu bayi menangis saat butuh diberi susu, dipeluk, diganti baju, atau karena capai, sedang sakit, atau merasa sakit. Sementara itu beberapa bayi menangis sebagai bentuk reaksi terhadap dunianya dengan cara yang lebih negatif dan intens. Hasilnya: bayi marah dan rewel.
Temper tantrum yang sesungguhnya biasanya baru terjadi saat bayi berumur 12 hingga 18 bulan, dan tangisan marah bayi Mama hanyalah versi mini tantrum tersebut. Jika bayi Mama rewel sepanjang hari tapi tidak perlu disusui atau diganti popoknya, dia mungkin hanya butuh untuk mengeluarkan emosi. Beberapa bayi menangis untuk meringankan ketegangan atau membakar energi yang berlebihan—dan beberapa butuh menangis saat mencoba tidur.
Bahkan bayi easy-going pun bisa mengalami frustrasi dan marah ketika mereka mulai mengeksplorasi dunia sekitar mereka tapi belum cukup mampu melakukan hal-hal yang ingin mereka lakukan. Jika bayi Mama tidak bisa ditenangkan dan Mama mencurigai kalau dia tengah sakit atau merasa sakit, segera berikan ia perhatian medis. Tapi jika ia nampak sehat, bisa ditenangkan dengan mudah, dan tampak tenang di antara tangisnya, Mama mungkin perlu berpikir dengan lebih tenang dan mendalam soal cara Mama merespon amarahnya.
Jika bayi Mama punya temperamen yang sulit, sangatlah penting untuk tetap tenang dan membiarkan seseorang membantu Mama saat Mama butuh beristirahat. Bayi seringnya mengetahui ketika seseorang menjadi lebih tegang atau tidak sabar dan bereaksi dengan mengeraskan tangisannya. Bayi cenderung lebih bisa tenang ketika orang dewasa di sekitarnya bersikap lebih santai. (Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa bayi yang sulit cenderung merespon pengasuhan yang lebih tenang dan menenangkan, daripada pengasuhan yang sama temperamennya.)
Jangan khawatir untuk “menyerah” pada tangisan atau amarah si kecil—lebih baik merespons kebutuhan ia dengan segera. Mama tidak bisa mengubah temperamen alami seorang anak, jadi sebaiknya Mama lebih kreatif dalam menenangkan ia. Tapi jika bayi Mama sering marah atau menderita kolik, diskusikan emosinya itu dengan dokter anak Mama sehingga ia bisa melakukan pengecekan dan mungkin menemukan adanya gangguan kesehatan yang sebaiknya ditangani dengan segera.
Penulis | : | Santi Hartono |
Editor | : | Santi Hartono |
KOMENTAR