- Jumlah kepadatan orang
Penyakit infeksi cenderung menyebar lebih cepat di antara kelompok dengan jumlah orang yang lebih banyak. Anak-anak yang sudah bersekolah atau lama berada di rumah sakit yang bercampur dengan pasien infeksi adalah contohnya.
- Kondisi medis tertentu
Ada penyakit tertentu, obat-obatan, dan prosedur bedah yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh atau meningkatkan risiko meningitis bakteri.
- Perjalanan
Mereka yang pergi ke wilayah “sabuk” meningitis di sub-Sahara Afrika berisiko mendapat meningitis meningokokus, terutama saat musim kemarau. Begitu pula mereka yang pergi beribadah ke Saudi Arabia selama musim haji dan umrah.
PENULARAN
Beberapa bakteri dapat menyebar melalui pertukaran pernapasan atau cairan di mulut (air liur atau lendir), misalnya ketika berciuman. Untungnya, penularan sebagian besar bakteri yang menyebabkan meningitis ini tidak semudah penularan virus yang menyebabkan flu dan pilek.
Jadi, bakteri-bakteri penyebab meningitis tidak menyebar begitu saja melalui sentuhan biasa dengan orang yang terinfeksi. Bakteri-bakteri ini pun tidak akan berpindah hanya dengan menghirup udara yang sama dengan seseorang yang meningitis. Sebagian bakteri tidak menular dari individu ke individu, tetapi menular kepada individu yang memiliki faktor risiko tertentu (seperti sistem kekebalan tubuh lemah atau trauma kepala). Yang berbeda adalah bakteri Listeria monocytogenes, karena penyebarannya terjadi ketika kita mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
TANDA DAN GEJALA
Infeksi meningitis muncul dengan gejala demam mendadak, sakit kepala, dan leher kaku. Gejala lainnya adalah:
- Mual
- Muntah
- Peningkatan sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia), dan
- Perubahan status mental (kebingungan).
Gejala meningitis bakteri dapat muncul dengan cepat atau selama beberapa hari. Biasanya mereka berkembang dalam 3-7 hari setelah terpapar.
Bayi yang berusia kurang dari 1 bulan berisiko lebih tinggi untuk mengalami infeksi berat, seperti meningitis, dibandingkan anak yang lebih tua. Pada bayi baru lahir dan batita, gejala meningitis klasik yaitu demam, sakit kepala, dan leher kaku mungkin tidak ada atau sulit untuk melihat. Bayi yang lebih besar atau batita mungkin tampak lambat atau tidak aktif reaksinya (kurang kewaspadaan), mudah rewel, muntah atau nafsu makannya turun. Pada bayi muda, dokter mungkin mencari fontanel menonjol (soft spot di kepala bayi) atau refleks yang abnormal, yang juga bisa menjadi tanda-tanda meningitis. Jika ibu berpikir bayi ibu memiliki gejala-gejala tersebut, hubungi dokter atau klinik segera.
KOMENTAR