Kalau anak batita usia 17 bulan lapar, artinya mereka mau makan segera. Saat mereka menginginkan mainan yang sedang dimainkan oleh temannya, mereka mau menginginkannya sekarang juga. Si kecil belum mengerti, teriakan mereka tidak akan membuat makanan datang lebih cepat. Pokonya mereka mau yang serbacepat alias tidak sabaran.
Menghadapi anak batita bukanlah pekerjaan mudah. Sangat sulit mendengarkan teriakan, tangisan, dan menghadapi anak yang sedang marah. Tapi perlu diingat, amarah merupakan hal yang normal sebagai bagian dari tahap perkembangan anak. Apalagi, mulai usia 17 bulan si batita ingin sekali mahir dalam menyusun lima balok menjadi menara tinggi. Atau mereka bertekad untuk memakai sepatu sendiri, menaiki sepeda si kakak, atau makan dengan menggunakan garpu. Ketika mereka tidak bisa melakukannya dengan benar, maka si kecil pun tidak sabaran dan akan merasa frustrasi. Biasanya amarah muncul saat si kecil dalam kondisi lapar atau lelah. Kadang, amarah si kecil menjadi dalih bagi yang suka mengamuk dan ingin mendapatkan perhatian. Karenanya, berikan perhatian penuh pada si kecil dengan menatap matanya, mendengarkan keluh kesahnya, dan memeluknya agar “badai” amarah segera pergi.
Kuncinya adalah sikap tenang
Menjelaskan konsekuensi dari sikap “salah” mereka memang tidak akan memberikan hasil cepat. Namun, tetap harus dicoba. Jelaskan pada si kecil dengan suara perlahan, tenang, tetapi tegas apa yang seharusnya dilakukan si kecil. Lakukan dengan penuh kasih sambil memegang tangan atau kalau perlu memeluknya. Ketenangan orangtua akan membuat si kecil merasa tenang juga.
Meski tampak mustahil, sikap hangat dan sabar kita menghadapi si batita yang tidak sabaran akan membuat si kecil lebih mudah diatasi. Buktikan saja. Selain itu, tunjukkan kebahagiaan Anda saat ia bisa diajak bersabar, mau menunggu, kooperatif, dan patuh pada perintah Anda.
Menjinakkan Amukan di tempat umum
Jangan sekalipun memakai jalan pintas demi meredam amukan si batita. Jika kemauannya dituruti agar ia berhenti mengamuk, ia akan menyimpulkan bahwa amukannya efektif untuk membuat orangtua menyerah dan memenuhi keinginannya.
Lantas, kalau tidak dituruti lalu bagaimana? Abaikan saja amukan dan amarahnya. Anda harus yakin saat melakukan ini, karenanya pastikan di dekat-dekatnya tidak ada barang atau tempat berbahaya. Hal ini juga berlaku jika si batita mengamuk di tempat umum. Sekali lagi, abaikan amukannya. Lebih baik, ajak saja si kecil meninggalkan tempat tanpa harus memenuhi keinginannya yang Anda rasa tidak perlu. Dengan begitu anak belajar bahwa amukannya tidak berpengaruh bagi ayah dan ibunya. Lihat saja, pada titik tertentu ia pasti akan berhenti menangis karena lelah dan merasa sia-sia. Sekali dua kali, si kecil masih akan seperti itu, tetapi jika kita konsisten, makan ia akan berhenti dengan sendirinya. (AA)
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
KOMENTAR