Ayah dan ibu tentu sering melihat batita yang tampak seperti hendak menggigit? Atau, jangan-jangan justru ibu dan ayah sendiri “korbannya”?
Tenang, sebenarnya si batita bukan bermaksud “menyakiti” orang-orang di sekitarnya. Di usianya, ia memang mengembangkan beberapa kemampuan motoriknya, termasuk berusaha melakukan sesuatu yang ingin dikuasainya. Sayangnya, masih jauh dari sempurna sehingga yang muncul perilaku “seram”, seperti menggigit.
Bukan itu saja, muncul juga perilaku menyobek, mencakar, sampai memukul. Jangan terburu kesal ya, Bu-Pak. Justru orangtualah yang mengarahkan bagaimana perilaku semestinya. Caranya seperti yang disarankan oleh psikolog Sally Rahadiasih, MPsi., di bawah ini.
1. MENGGIGIT
Batita paling sering terlihat seperti hendak menggigit, tidak hanya orangtua, kakak/adik, atau si mbak yang jadi sasaran, bahkan mainan atau bantalnya pun tak luput dari “serangannya”.
Penyebabnya, antara lain:
• Gemas.
Batita yang gemas bisa melampiaskannya dengan menggigit objek yang membuatnya gemas, seperti boneka atau bantal barunya yang sangat empuk. Atau, saat bermain/bercanda dengan orang lain, ia merasa sangat seru yang memancing rasa gemasnya sehingga membuatnya menggigit lawan mainnya.
Cara meluruskan:
Contohkan padanya untuk menunjukkan rasa gemas dengan tepat, seperti mencium atau memeluk. “Adik gemas ya sama Mama, sini-sini Mama cium. Kalau gemas jangan menggigit, tapi memeluk dan mencium seperti Mama ini ya.” Tiap kali anak mulai mendekat dan terlihat seperti mau menggigit, segera peluk dan berikan ciuman, begitu pula kalau ia mulai menggigit boneka/bantalnya, dengan begitu ia belajar bagaimana menyalurkan rasa gemasnya.
• Tumbuh gigi.
Rasa gatal menjelang tumbuh gigi membuat si batita menggigit apa saja yang ada di sekitarnya.
Cara meluruskan:
Berikan teether atau mainan gigit-gigitan yang memang difungsikan untuk itu. Saat ini beragam bentuk teether bisa dipilih, termasuk bentuk binatang seperti jerapah yang lehernya panjang sehingga bisa menjangkau gigi bagian dalam. Pastikan teether terbuat dari bahan yang aman. Karena masuk ke mulut, teether agar selalu dicuci bersih, kalau perlu dengan air panas bila terlihat sangat kotor/terjatuh di tempat kotor, untuk mencegah anak sakit perut.
• Penasaran.
Si batita ingin memuaskan rasa penasarannya. Misal, ia melihat bola berwarna-warni yang bisa memantul ke sana-kemari. Nah, ia ingin tahu mengapa bola itu bisa memantul. Saat belum menemukan jawaban, karena masih penasaran, bola itu pun digigitnya.
Cara meluruskan:
Dampingi anak untuk memuaskan rasa penasarannya. Ia penasaran mengapa bola mainannya bisa memantul, jelaskan padanya dengan bahasa sederhana apa alasannya. Kalau belum puas, minta ia untuk memantulkannya lagi. Manfaat lain yang didapat dari aktivitas ini adalah batita sekaligus mengembangkan kekuatan otot lengan dengan menjatuhkan/melempar barang. Seandainya ia tetap mencoba menggigit, pastikan mainan itu bersih.
2. MEMUKUL
Pasti ibu-ayah sering menyaksikan batita yang menangis karena “dipukul” temannya atau sebaliknya si teman yang menangis karena “pukulan” si batita.
Penyebabnya, antara lain:
• Ingin memanggil.
Sebenarnya batita ingin memanggil si mbak, teman atau gurunya. Kalau orang dewasa sudah bisa menepuk halus untuk memanggil seseorang, batita belum bisa melakukannya. Jadilah ia terlihat seperti memukul.
Cara meluruskan:
Daya ingat batita masih sangat pendek. Meskipun sudah diberi tahu nama temannya, batita bisa memanggil dengan cara memukul. Bila melihat gelagat ini, orangtua bisa buru-buru mengatakan, “Adek mau manggil Mbak Tita ya. Mbak Tita, ini dipanggil Adek. Ayo, kalau mau manggil, Mbak Tita dipeluk ya.”
• Mengungkapkan rasa sayang.
Ia ingin mengungkapkan rasa sayang dengan memeluk/mengelus, tapi karena kontrolnya belum sempurna, jadilah terlihat seperti memukul.
Cara meluruskan:
Intinya adalah latihan, semakin sering ia dilatih bagaimana cara menepuk dengan lembut, mengelus sayang, dan memeluk, maka kemampuannya akan makin sempurna seiring pertambahan usianya.
• Semua milikku.
Di usia ini anak sedang berada pada fase egosentris. Ia merasa semua benda adalah miliknya. Kalau ada yang menginginkannya, tak ragu-ragu ia memukul. Begitu pun saat menginginkan sesuatu yang sedang digunakan orang lain.
Cara meluruskan:
Kalau ia memukul untuk mendapatkan/mempertahankan sesuatu, orangtua harus memberikan penjelasan pada anak tentang perlunya antre, berbagi, sopan satun meminjam, dan seterusnya. Saat dilihat anak mau memukul, segera ingatkan, “Adek mau meminjam mainan Mas Bagas? Ayo, coba bilang dulu, pinjam ya Mas. Tidak boleh memukul.”
Begitu pun kalau anak memukul untuk mempertahankan mainan/barang yang digunakan, jelaskan pentingnya berbagi/bergantian, “Tadi, kan, Adek sudah lama main bonekanya, sekarang gantian Feby ya? Boleh dong, anak pintar.”
3. MEREMAS/MENCAKAR
Perilaku lain yang sering dilakukan batita adalah meremas/mencakar.
Penyebabnya, antara lain:
• Gemas
Hampir sama dengan menggigit, batita suka meremas bahkan kadang-kadang sampai mencakar karena gemas. Ketika melihat temannya yang montok, tanpa ba-bi-bu, langsung diremas/dicakar lengan atau kakinya.
Cara meluruskan:
Seperti sudah dijelaskan di atas, kalau penyebabnya adalah gemas, tunjukkan padanya bagaimana seharusnya menyalurkan rasa gemas itu.
• Belum mampu mengontrol kekuatan.
Sebenarnya ia ingin memberikan pelukan, tapi karena belum bisa mengontrol gerakannya atau mengukur kekuatannya, jadilah malah meremas. Ini hampir sama dengan perkembangan kemampuan berjalan, dimana awalnya anak baru bisa berjalan tapi belum bisa mengontrol kecepatannya sehingga sering jatuh/menabrak sesuatu.
Cara meluruskan:
Latih terus untuk membalas pelukan/elusan sayang, dengan begitu kontrolnya makin terasah. Jangan lupa untuk memotong pendek kukunya sehingga kalaupun sampai mencakar, tidak menyebabkan luka. Bila sesekali anak masih meremas, segera ingatkan, “Eh, mau memeluk, ya? Begini, nih, memeluk Mama.”
• Memuaskan indra peraba.
Saat melihat benda yang permukaannya bergelombang/mempunyai tekstur tertentu, anak ingin merasakannya untuk memuaskan indra perabanya. Setelah meremas baru ia tahu kalau ternyata itu halus/kasar/panas/dingin dan sebagainya.
Cara meluruskan:
Untuk memuaskan indra perabanya, sediakan buku/mainan yang memang difungsikan untuk itu. Buku/mainan tersebut mempunyai aneka permukaan yang bisa dirasakan bedanya oleh anak.
4. MENYOBEK
Buku-buku atau kertas di rumah sering menjadi sasaran si batita untuk disobek-sobek. Coba perhatikan, semua ini dilakukan karena kemampuannya menggerakkan jari untuk membuka buku/majalah belum sempurna. Ia sudah bisa membalik halaman tapi sekenanya, beberapa halaman langsung terbuka sekaligus, gerakannya masih kasar, tak jarang buku/majalah itu sampai sobek.
Begitu pun saat melihat kertas yang berserak di dekatnya, ia belum memahami apa fungsi kertas itu. Sekali tak sengaja ia menyobeknya, kegiatan itu akan diulang bila dirasa mengasyikkan. Kalau dibiarkan, bukan tak mungkin satu tumpuk kertas akan sobek semua. Selain itu, ia juga menikmati bunyi sobekan kertas yang jarang didengarnya.
Cara meluruskannya:
Kalau buku/majalah/kertas-kertas itu penting, letakkan jauh dari jangkauan batita sebagai langkah antisipasi. Untuknya, sediakan buku khusus batita, yang biasanya terbuat dari kertas tebal dan jumlahnya kurang dari 10 halaman. “Eh, itu buku Papa, kan? Kakak mau membaca juga, ya? Nih, buku Kakak, lihat gambarnya… bagus, ya.” Biarkan ia membuka-buka bukunya dan melihat-lihat isinya. Meski dibolak-balik dan dibanting-banting, umumnya buku seperti ini cukup kuat dan tidak cepat rusak. Selain dari kertas tebal, ada juga buku yang terbuat dari kain/plastik yang memang didesain khusus untuk anak-anak.
Jangan karena suka menyobek kertas, anak dijauhkan sama sekali dari buku/majalah, ini kurang bijak karena bisa mematikan kecintaannya pada buku/membaca. Lagi pula, membalik-balik halaman dan menyobek, sejatinya menunjukkan si batita sedang mengembangkan kemampuan motorik halusnya. Kemampuannya membuka buku/majalah per halaman akan berkembang seiring dengan kemampuan menjimpit, yakni menggunakan telunjuk dan jempol untuk mengambil sesuatu. Ini akan dikuasai seiring bertambahnya usia.
Marfuah Panji Astuti
Hindari Omelan & Tindakan Fisik
Ayah dan ibu, sudah dijelaskan berbagai “ulah” yang dilakukan batita justru bagian dari perkembangan fisik dan mentalnya. Memarahi anak seperti, “Aduh, Mama sebel deh, berapa kali Mama bilang jangan menggigit, sakit!” jelas bukan tindakan bijak. Apalagi batita belum tahu kalau yang dilakukannya itu salah. Ia tidak bermaksud menyakiti siapa pun. Kalau orangtua marah, ia hanya menangkap kemarahan orangtuanya tanpa mengerti mengapa ia dimarahi. Ini malah akan menyakitkan hatinya dan mengurangi rasa percaya anak pada orangtuanya. Lebih baik diluruskan dengan melakukan hal-hal yang dicontohkan di atas.
Hal lain yang juga tidak disarankan adalah melakukan tindakan fisik untuk mengatasinya. Contoh, saat anak menggigit, orangtua memencet hidungnya. Tujuannya, begitu tidak bisa bernapas, si batita pasti melepaskan gigitannya. Atau, untuk menahan pukulan/remasan, orangtua melakukan gerakan menangkis, memegang tangannya dengan kuat. Itu semua bisa menyebabkan batita kesakitan.
Moms, Yuk Wujudkan Tubuh Sehat di Tahun Baru dengan Kesempatan Emas dari Prodia Ini!
KOMENTAR