Pikiran anak batita penuh dengan fantasi. Pola pikirnya yang mulai berkembang, membuat hal biasa dibayangkan sebagai sesuatu yang luar biasa. Tidak mengapa tentunya. Hanya saja, kalau bayangan yang muncul malah menakutkan, ke mana-mana ia akan merasa dihantui.
Menjulangnya fantasi di masa batita antara lain disebabkan oleh terbatasnya kemampuan anak dalam membedakan khayalan dari kenyataan. Tokoh monster, dengan cara berjalan seperti King Kong yang bagi orang dewasa tampak konyol, bisa saja menciutkan hati si kecil. ”Aduh, kalau aku bertemu monster itu gimana ya?”
Campur aduk antara kenyataan dan fantasi bahkan dapat terbawa ke dalam mimpinya. Sayang, tak ada yang mampu mengatur mimpi, bukan? Meskipun sebelum si kecil tidur kita mendoakan, “Semoga mimpi indah, ya Sayang,” tapi yang terjadi tak selalu begitu. Jika perasaan anak dihantui atau didominasi kehororan, maka yang terjadi dalam tidurnya ya mimpi buruk.
Namun demikian, tak selalu bayangan seramlah yang memicu mimpi buruk. Mimpi buruk dapat juga dipicu oleh kejadian sehari-hari yang tak ada hubungannya dengan perasaan takut. Misalnya:
* Terlalu Senang dan Bersemangat
Anak yang terlalu bersemangat karena senang (excited) juga dapat mengalami mimpi buruk. Imbangi semangatnya dengan penerapan disiplin waktu demi menjaganya dari rasa lelah yang sangat, yaitu dengan cara beristirahat yang cukup, membatasi waktu bermain aktif untuk selebihnya bermain pasif menjelang tidur di kamar, dan membatasi tontonan yang membuatnya tertawa sampai lupa diri.
* Makan Kekenyangan
Imbauan agar kita makan secukupnya ternyata bertujuan agar kerja lambung tidak terlalu berat sehingga kita bisa tidur dengan nyenyak. Karena itulah, disarankan anak tidak makan terlalu kenyang terutama menjelang tidur. Tidur adalah waktu mengistirahatkan kerja organ-organ tubuh. Jika lambung justru harus bekerja keras di waktu tidur, malah kualitas tidurnya yang dapat terganggu. Ketidaknyenyakan ini bisa memicu mimpi buruk anak.
* Kejadian Traumatik
Peristiwa traumatik dapat membuat anak terus dibayangi ketakutan. Karena itu, sebisa mungkin hindari kejadian-kejadian yang dapat membuatnya trauma. Jika ia sangat takut pada ondel-ondel misalnya, jauhkan ia dari boneka raksasa ini sampai kita berhasil membangun keberaniannya menghadapi ondel-ondel.
* Pengalaman Insidentil
Pengalaman yang cukup menguras emosi (selain rasa takut), seperti bertengkar atau kesal karena dimarahi saat menjelang tidur juga dapat memicu mimpi buruk. Bila kejadian ini membekas dalam hati anak, maka bisa terbawa ke dalam mimpi. Untuk itulah setiap permasalahan dengan anak memerlukan penyelesaian yang bijak.
KOMENTAR