Tabloid-Nakita.com - Salah satu penyebab terjadinya resistensi antibiotik adalah penggunaan antibiotik yang berlebihan atau tidak sesuai. Misalnya, minum antibiotik saat sakit batuk, pilek, diare tanpa darah, dan muntah. Keempat penyakit ini rasanya pernah dialami semua orang.
Padahal, sebenarnya penyakit tersebut tidak memerlukan antibiotik untuk mengobatinya. Dokter tidak seharusnya memberikan antibiotik untuk mengatasi penyakit tersebut dan pasien juga tidak perlu meminta antibiotik pada dokter maupun membelinya secara bebas.
“Penyebab tersering penyakit dengan gejala batuk, pilek, muntah, dan diare tanpa darah itu adalah virus,” ujar dokter Spesialis Anak Nurul I Hariadi di Jakarta, Kamis (12/11/2015).
Maka penyakit tersebut tidak memerlukan antibiotik, karena tujuan antibiotik adalah untuk mengobati penyakit karena infeksi bakteri.
Sayangnya, menurut penelitian WHO tahun 2005, sebanyak 50 persen pemberian resep di fasilitas kesehatan primer dan rumah sakit di Indonesia mengandung antibiotik. Survei Nasional Kementerian Kesehatan tahun 2009, pemberian antibiotik kebanyakan justru untuk penyakit yang disebabkan oleh virus seperti flu dan diare.
Dampak jangka panjangnya, yaitu bakteri menjadi resisten atau kebal terhadap antibiotik. Akibatnya, pasien bisa tidak sembuh ketika terkena penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
“Resistensi antibiotik dapat terbentuk dua tahun, setelah antibiotik pertama digunakan,” terang Nurul yang juga dari Yayasan Orang Tua Peduli.
Resistensi antibiotik tak hanya menjadi masalah di Indonesia, tetapi juga di dunia. WHO pun menetapkan Pekan Peduli Resistensi Antibiotik pada 16-22 November 2015 untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar bijak menggunakan antibiotik.
Jadi ingat ya Ma, apa saja penyakit yang tidak perlu antibiotik.
Tonton Sisi Baru dari Kisah Legendaris yang Telah Dinanti dalam Disney’s 'Mufasa: The Lion King'
Penulis | : | Dini Felicitas |
Editor | : | Dini |
KOMENTAR