Tabloid-Nakita.com - Permasalahan yang paling banyak dialami oleh para orangtua adalah masalah anak yang susah makan. Saat anak mengalami hal tersebut seringkali membuat orangtua khawatir karena takut akan memengaruhi tumbuh kembang si kecil. Lalu, apa solusi agar anak tidak susah makan?
Menurut dr. Wiyarni Pambudi, SpA, IBCLC, dokter anak & konsultan laktasi RSUK Kembangan & BJ Medical Center, Central Park, ada sebuah studi di Norwegia (2015) yang mengatakan bahwa anak yang mengalami masalah sulit makan, ternyata memiliki ibu dengan riwayat gangguan makan semasa hamilnya.
Namun, ternyata ada faktor lain yang dapat memicu masalah sulit makan pada balita. Misalnya kondisi fisik, problem, perilaku, dan gaya pengasuhan. “Bayi dengan keterlambatan perkembangan motorik, disabilitas intelektual atau kelainan neurologis berisiko mengalami masalah sulit makan,” jelas dokter yang disapa Wi ini.
Menurut Wi, masalah anak susah makan diyakini ada hubungannya dengan karakter anak ketika ia menerima varian rasa saat MPASI. Oleh karena itu, pengenalan makanan saat MPASI menjadi penentu awal terbentuknya kebiasaan makan.
Secara umum, penanganan anak susah makan bisa dimulai dengan membentuk kembali kebiasaan makan yang baik, “Misalnya menjauhkan gangguan selama acara makan, seperti televisi dimatikan atau menjauhkan mainannya. Lalu upayakan lingkungan yang netral dan mendukung proses makan, dengan kata lain tidak ada paksaan.”
Setelah itu, batasi durasi makan selama 20-30 menit. Jika durasi itu sudah habis, sebaiknya hentikan acara makan. Hal ini bertujuan agar anak tak menjadi bosan dan merasa terpaksa.
Jika beberapa saran tadi belum mampu mengembalikan minat makan anak, ada baiknya langsung konsultasi ke dokter.
Lalu apakah masalah anak susah makan ini berdampak pada perkembangan anak?
Menurut Wi, hal itu sudah pasti bisa dirasakan dampaknya. Menurutnya, anak yang tidak mendapat asupan gizi makro seperti karbohidrat, lemak dan protein sesuai kebutuhan dalam waktu beberapa hari/minggu, tentu akan terganggu penambahan berat badan. Jika hal ini berlangsung lama, pertumbuhan tinggi si anak juga akan terhambat.
“Begitupun jika pasokan gizi mikro seperti zat besi, zinc, iodium, dan asam folat rendah, daya tahan tubuh pun menjadi lemah. Biasanya anak menjadi sering sakit dan berat badan merosot tajam. Tidak hanya mengganggu kondisi fisik, masalah makan yang berlangsung kronis juga mengurangi daya pikir (intelegensi) dan ikut mengubah temperamen anak menjadi lebih cengeng, pemarah, sulit berkonsentrasi,” ungkapnya.
Sumber: TabloidNova.com
KOMENTAR