Tabloid-Nakita.com - Baru-baru ini masyarakat dihebohkan dengan pemberitaan mengenai narkoba jenis terbaru yang berupa produk musik binaural atau yang dikenal dengan i-Doser. Produk musik ini membuat banyak orangtua khawatir karena memiliki efek ketagihan dan berbeda dengan narkotika yang umumnya sulit didapatkan.
Heboh narkoba digital i-doser karena anak-anak dengan mudahnya dapat memperoleh i-Doser. Hanya dengan mengunduh i-Doser di situs web, pasang headphones berkualitas bagus karena suara di telinga kanan dan kiri akan berbeda, lalu dengarkan iramanya dengan rileks hingga selesai di tempat yang tenang. Namun, fakta terbaru menunjukkan bahwa i-Doser terbukti tidak bikin ketagihan.
"Ketukan binaural terjadi ketika kedua telinga menerima dua gelombang suara berbeda. Normalnya, perbedaan suara antara setiap telinga membantu seseorang mendapatkan informasi langsung tentang sumber suara. Tapi, ketika Anda mendengarkan suara ini dengan stereo headphones, pendengar akan merasakan perbedaan antara dua frekuensi sebagai ketukan berbeda, sehingga seakan suara tersebut muncul dari dalam kepala,” ujar asisten profesor Oregon Health and Science University, Dr Helane Wahbeh.
Suara yang dihasilkan memang terdengar menarik, tapi tidak membuat pendengarnya menjadi "melayang". “Kami melakukan kontrol studi dengan empat orang, dan kami tidak melihat adanya aktivitas gelombang otak bergeser sesuai ketukan binaural yang didengarkan oleh orang-orang,” jelasnya.
Tak hanya itu, menurut Sekretaris Jenderal Masyarakat Neurosains Indonesia Taufiq Pasiak, bagian otak yang bertanggung jawab pada munculnya kebergantungan atau adiksi disebut nucleus accumbens yang mengatur fungsi kognitif. "Nucleus accumbens letaknya di tengah otak bagian bawah. Saya rasa akan susah dicapai oleh gelombang suara saja," ujarnya.
Taufiq melanjutkan bahwa zat yang masuk ke dalam tubuh dengan cara ditelan, dihirup, atau disuntik akan memberikan efek jauh lebih intens karena ada zat kimia yang dilepas dan terikat dengan zat kimia lain di otak dibandingkan dengan suara. Bahkan Taufiq juga mengatakan bahwa ia belum pernah menemukan referensi ilmiah yang menyebutkan kaitan suara dengan kebergantungan kepada seseorang.
Misalnya saja musik, mereka yang mendengarkan lagu dari penyanyi idolanya tidak akan mengalami ketagihan. Berbeda dengan adiksi lainnya, seperti makanan, alkohol, obat-obatan, atau seks.
Hal serupa juga dikatakan oleh Dosen Sinyal dan Audio Fakultas Teknik Elektro Universitas Kristen Satya Wacana, Matias HW Budhianto yang mengatakan bahwa gelombang suara pada frekuensi tertentu memang bisa memengaruhi otak, seperti menimbulkan rasa tenang, tetapi itu tidak lepas dari sugesti dari pendengar lagu itu sendiri. Hanya saja, efeknya tidak akan berlangsung lama.
"Kalau kita mendengarkan musik lantas rileks, jika diteruskan mungkin akan tertidur saja," kata Matias.
Seorang praktisi hipnoterapi dan metafisika, Inunk Nastiti, mengatakan, dirinya pernah mendampingi penelitian di sebuah klinik gigi di Yogyakarta dan mendapati bahwa musik klasik karya Mozart yang diputar di ruang tunggu terbukti mampu membuat pasien lebih rileks dan mengurangi kecemasan.
Oleh karena itu, para praktisi hipnoterapi sepakat bahwa i-Doser terbukti tak bikin ketagihan atau i-Doser bukan narkoba jenis digital.
KOMENTAR