Saat ini sedang hangat diperbincangkan buah apel impor yang mengandung bakteri Listeria. Hal ini terkait laporan dari Amerika Serikat bahwa Apel Granny Smith dan Gala, dari perusahaan Bidart Bros, tercemar oleh bakteri Listeria monocytogenes, yang dapat menyebabkan penyakit Listeriosis. Perusahaan ini sendiri sudah mencoba menarik apelnya dari pasaran. Menurut laporan CDC USA, di Amerika Serikat pada Januari 2015 sudah ada 32 pasien yang terinfeksi Listeria, 31 dirawat di RS dan 7 orang meninggal, dari 11 negara bagian di AS. Untungnya, sampai saat ini, menurut data Kemenkes RI, belum ada laporan kejadian luar biasa (KLB) berupa keracunan pangan akibat mengonsumsi buah apel impor di Indonesia. Mari kita mengenal bakteri Listeria. Apakah sebenarnya bakteri Listeria itu? Bakteri Listeria monocytogenes (L. monocytogenes) diklasifikasikan sebagai bakteri gram-positif dan bergerak menggunakan flagella (bulu cambuk). Penelitian menunjukkan, 1—10% manusia mungkin memiliki L. monocytogenes di dalam ususnya. Bakteri ini dapat ditemukan di tanah, pakan ternak yang terbuat dari daun-daunan hijau yang diawetkan dengan fermentasi, dan sumber-sumber alami lainnya seperti kotoran ternak. L. monocytogenes sangat kuat dan tahan terhadap panas, asam, dan garam. Bakteri ini juga tahan pembekuan dan dapat tetap tumbuh pada suhu 4° C, khususnya di makanan yang disimpan di lemari pendingin. Bakteri L. monocytogenes juga dapat membentuk biofilm, yakni lapisan lendir pada permukaan makanan. Siapa saja yang berisiko tinggi terinfeksi Listeria berat?Lanjut usia, 65 tahun ke atas.
Daya tahan tubuh rendah. Penderita kanker, HIV AIDS (ODHA), pasien yang mengonsumsi kortikosteroid atau obat penekan sistem kekebalan tubuh, dan—meski jarang dilaporkan—termasuk penderita diabetes, sirosis hati, asma, serta radang kronis usus besar
Perempuan hamil.
Bayi baru lahir. Bagaimana gejala Listeriosis? Gejala Listeriosis dapat muncul kapan saja antara 3—70 hari pascainfeksi bakteri Listeria, rata-rata biasanya sekitar 21 hari. Gejala umumnya, yaitu demam, nyeri otot, disertai mual atau diare (kurang umum). Gejala klinis yang timbul adalah :
Gangguan pada perempuan hamil dapat menimbulkan gejala, dari flu ringan, sampai keguguran, dan bahkan kematian janin.
Bayi baru lahir (neonatal) dapat terinfeksi Listeria jika sang mama mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri selama kehamilan. Gejala dapat muncul pada minggu pertama kehidupan yang sering tidak terlihat, namun dapat berupa tanda seperti lekas marah, demam hingga sepsis (infeksi berat) atau meningitis (infeksi otak)
Gangguan sistem saraf, seperti: kelumpuhan, meningitis, meningoensefalitis, abses otak, dengan keluhan kaku kuduk, demam, kejang, dan lain-lain.
Gangguan saluran cerna, muntah, diare, demam. Bagaimana tejadinya penularan? Penularan L. monocytogenes dapat terjadi mulai pemilihan makanan, pengolahan, hingga penyajian. Pada pemilihan makanan, penularan biasanya terjadi pada produk susu mentah, susu yang proses pasteurisasinya kurang benar, keju (terutama jenis keju yang dimatangkan secara lunak), es krim, sayuran mentah, sosis dari daging mentah yang difermentasi, daging unggas mentah dan yang sudah dimasak, semua jenis daging mentah, dan ikan mentah atau ikan asap. Pada saat pengolahan makanan juga dapat terjadi penularan jika menggunakan alat masak yang telah terkontaminasi L. monocytogenes. Bagaimana penegakan diagnosis? Listeriosis hanya dapat didiagnosis secara pasti dengan cara membiakkan organisme ini dari darah, cairan cerebrospinal (yaitu cairan otak dan sumsum tulang belakang), atau kotoran (sulit dilakukan dan terbatas kegunaannya). Bagaimana pengobatannya? Pemberian antibiotik jangka panjang (2—6 minggu) dengan ampisilin dan gentamisin. Bagaimana pencegahannya? Pencegahan secara total mungkin tidak dapat dilakukan, namun makanan yang dimasak, dipanaskan, dan disimpan dengan benar umumnya aman dikonsumsi karena bakteri ini akan mati pada temperatur 75° C.
Narasumber: dr. Vicka Farah Diba, Msc, SpA. RS Ibnu Sina dan RS Santa Maria Pekanbaru Riau
KOMENTAR