TabloidNakita.com - Akur dengan saudara tiri melibatkan banyak faktor. Salah satunya kepribadian anak yang berbeda-beda. Bila si anak tergolong ekstrover atau sangat membuka diri terhadap lingkungan baru, tentu akan lebih mudah melakukan penyesuaian, sehingga mudah akur dengan saudara tiri. Lain dengan anak tipe introver yang sulit menerima orang lain masuk dalam kehidupannya, anak akan sulit akur dengan saudara tiri.
Selain itu, akur dengan saudara tiri juga dipengaruhi rumah yang mereka tempati juga ikut berperan. Bila mereka tinggal di rumah salah satu pihak, apakah itu suami atau istri, maka bisa timbul masalah. Anak-anak dari keluarga pendatang pasti menganggap rumah itu asing, sementara pihak yang kedatangan menganggap rumah itu penuh kenangan. Bisa dibayangkan, nantinya proses penyesuaian dua keluarga itu akan terhambat. Karenanya, amat dianjurkan untuk tinggal di rumah baru yang netral bagi kedua belah pihak.
AGAR AKUR DENGAN SAUDARA TIRI: ADIL DAN KONSISTEN
Agar akur dengan saudara tiri, sikap adil orangtua diperlukan. Memang, ini bukan hal mudah. Terhadap anak kandung saja bisa timbul sikap berpihak, apalagi terhadap anak tiri. Untuk itu, dibutuhkan kedewasaan orangtua. Bila anak saling mengadu, misal, selidiki dulu masalah yang sebenarnya, dengan mendengarkan kedua belah pihak yang berselisih. Bila perlu, kumpulkan saksi.
Konsistensi orang tua dalam memberikan penghargaan maupun hukuman pun harus dilakukan. Jangan sampai anak merasa orangtuanya berpihak atau berpikir, "Kalau aku mengadu seperti ini, aku akan dibela Mama (Papa)."
Kompromikan dari awal semua aturan yang akan digunakan di rumah tangga baru, sehingga anak bisa akur dengan saudara tiri. Anak usia sekolah sudah dapat diajak berdiskusi. Kalau mau menyuruh, meminta, atau memberi harus seperti apa, misalnya. Sebab, bukan tak mungkin apa yang diajarkan orangtua masing-masing sebelumnya saling bertolak belakang. Dengan kompromi, anak akan menyadari posisinya sekarang, yaitu aturan dan segala hal yang didapat di rumahnya dulu belum tentu bisa didapatkan lagi saat ini.
Bila nilai-nilai yang dibawa dari rumah masing-masing berbeda, agar anak akur dengan saudara tiri jangan sampai orang tua menghakimi apa yang telah diajarkan orangtuanya dulu. Bagaimanapun juga, keterikatan emosional anak dengan orangtua biologisnya tak bisa hilang. Jikapun harus mengoreksi, lakukan dengan sopan dan baik. Ajarkan pula pada anak bila akan mengkritik atau membenarkan saudara tirinya, jangan sampai menyinggung perasaan. Lakukan dalam suasana yang santai.
Banyak faktor yang mempengaruhi mulus-tidaknya penyesuaian di antara saudara tiri. Salah satunya adalah kepribadian anak yang berbeda-beda. Bila si anak tergolong ekstrover atau sangat membuka diri terhadap lingkungan baru, tentu akan lebih mudah melakukan penyesuaian. Lain dengan anak tipe introver yang sulit menerima orang lain masuk dalam kehidupannya.
Selain itu, rumah yang mereka tempati juga ikut berperan. Bila mereka tinggal di rumah salah satu pihak, apakah itu suami atau istri, maka bisa timbul masalah. Anak-anak dari keluarga pendatang pasti menganggap rumah itu asing, sementara pihak yang kedatangan menganggap rumah itu penuh kenangan. Bisa dibayangkan, nantinya proses penyesuaian dua keluarga itu akan terhambat. Karenanya, amat dianjurkan untuk tinggal di rumah baru yang netral bagi kedua belah pihak.
AKUR DENGAN SAUDARA TIRI: ADIL DAN KONSISTEN
Yang lebih penting lagi, agar anak akur dengan saudara tiri, bersikap adil orang tua. Memang, ini bukan hal mudah. Terhadap anak kandung saja bisa timbul sikap berpihak, apalagi terhadap anak tiri. Untuk itu, dibutuhkan kedewasaan orang tua. Bila anak saling mengadu, misal, selidiki dulu masalah yang sebenarnya, dengan mendengarkan kedua belah pihak yang berselisih. Bila perlu, kumpulkan saksi.
Konsistensi orang tua dalam memberikan penghargaan maupun hukuman pun harus dilakukan. Jangan sampai anak merasa orang tuanya berpihak atau berpikir, "Kalau aku mengadu seperti ini, aku akan dibela Mama (Papa)."
Kompromikan dari awal semua aturan yang akan digunakan di rumah tangga baru. Anak usia sekolah sudah dapat diajak berdiskusi. Kalau mau menyuruh, meminta, atau memberi harus seperti apa, misalnya. Sebab, bukan tak mungkin apa yang diajarkan orang tua masing-masing sebelumnya saling bertolak belakang. Dengan kompromi, anak akan menyadari posisinya sekarang, yaitu aturan dan segala hal yang didapat di rumahnya dulu belum tentu bisa didapatkan lagi saat ini. Dengan begitu, mereka akan akur dengan saudara tiri.
Bila nilai-nilai yang dibawa dari rumah masing-masing berbeda, jangan sampai orangtua menghakimi apa yang telah diajarkan orang tuanya dulu. Bagaimanapun juga, keterikatan emosional anak dengan orang tua biologisnya tak bisa hilang. Jikapun harus mengoreksi, lakukan dengan sopan dan baik. Ajarkan pula pada anak bila akan mengkritik atau membenarkan saudara tirinya, jangan sampai menyinggung perasaan. Lakukan dalam suasana yang santai. Senang ya kalau anak akur dengan saudara tirinya.
KOMENTAR