TabloidNakita.com - Yuk, membatasi anak menonton TV. Toleransi maksimalnya 2 jam, tapi jika memungkinkan, cukup 30 menit saja sehari. Memang, tayangan audiovisual dirancang menarik perhatian dengan pergantian gambar yang cepat dalam hitungan detik. Pendaran cahaya warna-warni, suara yang datang dari berbagai arah dan sumber secara berbarengan juga membuat tayangan ini begitu memikat. Jeleknya, terlampau banyak menonton tayangan audiovisual membuat perkembangan sel-sel saraf otak anak tidak optimal. Jaringan antarsel atau network di otak anak menjadi sedikit. Padahal untuk menjadi kreatif, pintar, cerdas, dan saleh, jalinan network ini harus banyak. Ini alasan pertama orangtua perlu batasi anak menonton TV.
Selain itu, alasan orangtua harus membatasi anak menonton TV adalah saat anak menonton TV, bisa dipastikan dirinya menerima stimulus audiovisual secara langsung, cepat, dan bersamaan. Stimulus-stimulus tersebut akan dimasukkan ke dalam "sekring-sekring" di otak anak. Stimulus bahasa, umpamanya, akan dimasukkan ke dalam "sekring" bahasa, stimulus gerak masuk ke dalam "sekring" gerak, begitu pun stimulus warna masuk ke dalam "sekring" warna, dan seterusnya. Padahal "pengisian sekring" tidak dibutuhkan anak dalam masa pertumbuhan. Yang justru mereka perlukan adalah terjalinnya sebanyak mungkin hubungan antarsekring itu. Jika “sekring” itu langsung diisi, efeknya “sekring-sekring” tersebut tidak lagi memerlukan kerja sama. Dampaknya pada anak, ia jadi malas, maunya menerima, tidak tahu proses, pasif, dan tidak kreatif. Itu lantaran otak anak sudah keenakan selalu terima jadi.
Itulah mengapa, AAP (American Academy of Pediatrics) tidak merekomendasikan anak di bawah 2 tahun untuk menonton TV. Menonton TV membuat masa pesat pertumbuhan dan perkembangan otak jadi terhambat. Bagi anak yang berusia lebih tua usianya pun, rekomendasi AAP untuk menikmati layar kaca hanya 1—2 jam dalam sehari. Jadi, yuk membatasi anak menonton TV.
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
KOMENTAR