TabloidNakita.com - Dampak usia ayah berpengaruh pada gangguan mental anak? Benarkah. Bayi lahir yang memiliki ayah berusia di atas 45, berisiko mengidap autisma, gangguan bipolar, hiperaktif dengan gangguan konsentrasi, dan schizophrenia.
Hal ini terungkap dari penelitian terhadap jutaan anak lahir di Swedia sejak 1970 yang diterbitkan di JAMA Psychiatry. Analisis terhadap kelahiran anak di Swedia selama puluhan tahun ini juga menemukan anak yang lahir dengan ayah berusia matang berisiko tinggi melakukan kekerasan, bunuh diri, dan mengalami kegagalan bidang akademik.
"Secara historis, fokus utama masalah seperti ini selama ini masih kepada usia ibu saat melahirkan. Namun, studi ini menunjukkan usia ayah juga perlu dipertimbangkan," kata peneliti Brian DÓnofrio kepada Reuters Health.
Untuk meneliti dampak usia ayah terhadap gangguan mental anak, efek usia orangtua terhadap gangguan pada anak, DÓnofrio yang juga adalah psikolog di Indiana University, bekerja sama dengan para peneliti dari Karolinska Institute. Mereka menganalisis catatan medis lebih dari 2,6 juta anak yang lahir di Swedia antara 1973 dan 2001.
Studi terdahulu sebenarnya sudah mengungkapkan bahwa usia ayah, bahkan kakek, bisa berdampak terhadap banyak aspek fisik dan psikis anak sepanjang hidupnya.Namun, DÓnofrio dan kolega ingin melihat lebih spesifik dampak usia ayah terhadap kesehatan mental anak.
Dónofrio menyebutkan para ayah yang berusia 45 hingga 79 tergolong tua, dengan rata-rata usianya 49. Ayah yang lebih muda berusia antara 20-24 tahun.
Dalam analisisnya, para peneliti menyingkirkan faktor sosial dan lingkungan yang bisa memengaruhi kondisi anak. Karenanya, para peneliti membandingkan kondisi anak dengan saudara mereka yang lebih tua namun lahir dari orangtua, dalam hal ini ayah, yang berusia lebih muda.
Hasilnya, anak-anak yang lahir dengan ayah berusia lebih tua, cenderung mengalami gangguan bipolar, dengan risiko 25 kali lebih tinggi. Mereka juga 13 kali lebih berisiko mengalami gangguan konsentrasi dengan kondisi hiperaktif, serta 3,5 kali lebih berisiko mengidap autisma. Kondisi ini dibandingkan dengan anak-anak yang lahir saat ayahnya berusia lebih muda, sekitar 20-24 tahun.
Anak-anak yang lahir dengan ayah berusia lebih tua juga memiliki kecenderungan bunuh diri, dua kali lebih tinggi, selain menjadi pelaku kekerasan, serta 1,6 kali lebih banyak tinggal kelas, dan 1,7 kali lebih banyak putus sekolah.
Meski begitu, DÓnofrio mengatakan, ayah yang berusia lebih tua masih terbilang kecil kemungkinannya memiliki anak dengan gangguan mental.
Studi menemukan ada 2.424 kasus autisma dari 900.000 anak yang lahir antara 1992 dan 2001. Sementara untuk penderita bipolar, jumlah kasusnya 6.819 dari 2,3 juta anak lahir antara 1973 dan 1997.
"Kami tidak mengatakan bahwa anak-anak yang lahir dengan ayah berusia lebih tua pasti akan mengalami masalah psikis. Pasangan, bersama dokter dan masyarakat secara umum, tentu punya pertimbangan kelebihan dan kekurangan menunda anak," kata DÓnofrio.
Sementara menurut psikiater dan direktur Child Study Center di Yale School of Medicine, Fred Volkmar, mengatakan, studi baru tersebut tidak mengubah pandangannya tentang menjadi orangtua.
"Kapan pun Anda ingin punya bayi, selalu ada risikonya," ujarnya.
Meski begitu, menurut Volkmar hasil studi tersebut masih masuk akal. "Saat usia ayah makin tua, kualitas sperma mereka menurun sehingga berpotensi menimbulkan masalah," ujarnya. Ya, begitulah dampak usia ayah terhadap gangguan mental anak.
Sumber: Kompas Health
KOMENTAR