Infeksi Gigi/Gusi Berdarah
Penelitian medis dewasa ini menemukan keterkaitan antara gangguan kehamilan dan kesehatan gigi. Ibu hamil yang menderita infeksi gigi (karies dentis) diperkirakan mencapai 20% jumlah ibu hamil yang ada. Ketika terjadi infeksi gigi, ada zat-zat yang diproduksi yang dapat merangsang terjadinya kontraksi sehingga mengakibatkan persalinan prematur. Selain itu ketika terjadi infeksi gigi, jumlah bakteri yang berkembang dan menyebar di mulut semakin bertambah. Bila bakteri ini masuk ke dalam tubuh melalui perdarahan pada gusi maka dikhawatirkan bakteri masuk ke dalam aliran darah yang diperlukan oleh janin. Akibatnya dapat memengaruhi tumbuh kembang janin.
Permasalahan mulut dan gigi lain yang kerap muncul pada kehamilan adalah perdarahan pada gusi (epulis granulo matosa). Ini terjadi karena peningkatan hormon kehamilan (estrogen dan progesteron) membuat pembuluh darah kapiler di sekitar wilayah gusi mengalami pembesaran, sehingga gusi tampak membengkak dan mudah mengalami perdarahan. Gigi dan gusi pun menjadi lebih sensitif.
Untuk mencegah hal ini terjadi sebaiknya ibu hamil secara berkala (dengan izin dokter kandungan) memeriksakan kesehatan gigi ke dokter gigi terutama pada kehamilan trisemester pertama agar kesehatan ibu dan janin terjaga. Untuk mengurangi pembengkakan pada gusi, sikatlah gigi secara teratur pada pagi dan sore hari. Bila terjadi perdarahan pada saat menggosok gigi sebaiknya tetap menyikat bagian tersebut lebih lama,untuk mengurangi terjadinya pembengkakan.
Preeklamsia dan Eklamsia
Preeklamsia adalah tekanan darah tinggi yang muncul pada usia kehamilan 20 minggu. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang mencapai angka 140/90 atau lebih dan kadang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan preeklamsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklamsia umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan. Sedangkan eklamsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklamsia yang tidak teratasi dengan baik. Biasa ditandai dengan kejang kejang. Eklamsia dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik sebelum, saat atau setelah melahirkan.
Penyebab pasti dari preeklamsia dan eklamsia masih belum diketahui, namun beberapa penelitian menyebutkan beragam faktor seperti gizi buruk, kegemukan atau gangguan aliran darah ke rahim. Faktor munculnya risiko preeklamsia umumnya kehamilan pertama kali, kehamilan di usia remaja, dan kehamilan di atas 40 tahun.
Gejala preeklamsia antara lain berat badan meningkat secara drastis akibat dari penimbunan cairan dalam tubuh, terjadi nyeri perut, sakit kepala yang berat, penurunan produksi air seni atau bahkan tidak kencing sama sekali, ada darah dalam air seni serta mual dan muntah yang berlebihan.
Dampak preeklamsia pada bayi antara lain menyebabkan gangguan peredaran darah pada plasenta. Hal ini akan menyebabkan berat badan bayi yang dilahirkan relatif kecil. Selain itu, preeklamsia juga dapat menyebabkan terjadinya kelahiran prematur dan komplikasi lanjutannya yaitu keterlambatan belajar, epilepsi, palsi serebral, dan masalah pada pendengaran serta penglihatan.
Bila dikategorikan ringan (tekanan darah di atas 140/90 yang terjadi pada umur kehamilan 20 minggu dan yang bersangkutan belum pernah mengalami hipertensi) akan dilakukan observasi di rumah atau di rumah sakit bergantung pada kondisi umum ibu. Jika janin masih prematur, sedapat mungkin kondisi umum ibu dijaga sampai janin siap dilahirkan. Proses kelahiran sebaiknya dilakukan di rumah sakit di bawah pengawasan ketat dokter spesialis kebidanan. Jika usia janin sudah cukup, persalinan harus segera diupayakan baik dengan induksi (dirangsang) atau operasi. Untuk preeklamsia berat akan dilakukan perawatan intensif di rumah sakit guna menjaga kondisi ibu dan janinnya. Namun, bila ibu sampai mengalami kejang bahkan koma, janin harus segera dilahirkan. Kondisi kejang dan koma ini dinamakan eklamsia yang merupakan kelanjutan dari preeklamsia.
KOMENTAR