Toksoplasma
Penyebabnya adalah parasit Toxoplasma gondii yang kerap menumpang hidup pada hewan seperti kucing, anjing, kelinci, kambing, atau babi. Penularannya ke manusia terjadi melalui santapan daging hewan tersebut yang tidak diolah hingga matang benar. Bisa juga melalui kontak dengan tanah yang mengandung feses hewan berparasit tokso, atau makan sayuran dan buah-buahan mentah tanpa dicuci bersih yang telah tercemar oleh parasit tokso.
Gejala klinisnya berupa demam ringan, lemas, mual, gemetar, penglihatan terganggu, dan pembesaran kelenjar getah bening. Pemeriksaan dilakukan terutama pada ibu hamil berisiko tinggi, seperti yang memelihara kucing, suka makan daging setengah matang maupun salad dan lalapan. Pemeriksaan itu bernama Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan cara mengambil cairan amnion/ketuban untuk diperiksa ada tidaknya infeksi pada janin. Dokter berkepentingan melakukan diagnosis tepat waktu karena bila telah terjadi infeksi pada ibu hamil, risikonya bagi janin adalah cacat bawaan seperti kebutaan, hidrosefalus, radang otak, pengapuran otak, retardasi mental, kejang-kejang, dan gangguan neurologis lainnya. Risiko kelainan berat makin besar bila infeksi terjadi di trimester pertama dan kedua.
Setelah janin lahir, dilakukan pemeriksaan PCR dari cairan sumsum tulang belakangnya untuk mendeteksi ada tidaknya infeksi susunan saraf pusat. Bila hasilnya positif, akan diberikan antibiotik kepada bayi hingga usianya satu tahun. Pemeriksaan oleh dokter spesialis mata perlu dilakukan secara berkala setiap 6 bulan hingga usia dewasa, karena komplikasi infeksi toksoplasma di mata bisa timbul berpuluh-puluh tahun kemudian.
Infeksi ini sebetulnya dapat dicegah dengan cara menerapkan pola hidup bersih. Salah satunya selalu mencuci tangan sebelum makan atau selesai beraktivitas, memasak daging hingga matang, dan mencuci sayur atau buah sebelum dimakan. Jika dirasa perlu, lakukan pemeriksaan darah sebelum kehamilan mengingat penyakit ini dapat diobati sedini mungkin sebelum terjadinya pembuahan sehingga dampak negatif seperti cacat bawaan dapat dihindari.
Cytomegalovirus (CMV)
Penyebabnya virus dari famili virus Herpes. Penularannya melalui transfusi darah, transplantasi organ, hubungan seksual, air seni dan air liur, juga kontak janin dengan jalan lahir. Sering kali infeksi berlangsung tanpa gejala. Deteksi pada ibu dilakukan dengan pemeriksaan darah, urine, atau cairan tubuh lainnya di laboratorium. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mendeteksi kadar imunoglobulin (Ig) atau antibodi terhadap antigen virus CMV, yaitu IgM, IgG, dan IgG avidity.
Deteksi infeksi CMV pada janin dilakukan dengan alat ultrasonografi untuk mengidentifikasi suatu kelainan, serta pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) cytomegalovirus dalam cairan ketuban. Infeksi ini tak berbahaya bagi ibu hamil, tetapi berbahaya bagi janin. Janin yang terinfeksi memperlihatkan tanda seperti hidrosefalus (kepala membesar akibat kelebihan cairan). Ada juga yang tidak menimbulkan gejala segera, namun di kemudian hari terjadi retardasi mental, ganguan visual, psikomotorik, dan sebagainya.
Pemberian obat antivirus hanya bisa menekan perkembangbiakan CMV, tetapi tidak bisa mengembalikan kerusakan yang telah timbul pada organ-organ janin. Pencegahan bisa dilakukan dengan memerhatikan masalah kebersihan dan sanitasi, menjalankan pola hidup sehat, makan makanan bergizi seimbang, istirahat cukup, serta mengelola stres agar daya tahan tubuh tidak melemah.
Herpes
Merupakan penyakit kulit yang terdapat di perbatasan antara kulit dan selaput lendir. Penyebabnya virus herpes simpleks (VHS). Penularan terjadi lewat kontak dengan lesi kulit, hubungan kelamin, atau dari ibu ke bayi saat melahirkan normal. Masa inkubasi biasanya berlangsung sekitar 3-6 hari setelah kontak dengan penderita.
Gejalanya demam, tak enak badan, sangat lelah dan terasa lemah, pening, nyeri persendian/pegal-pegal di sekujur tubuh, mata terasa perih. Hal yang membedakannya dengan gejala flu adalah timbul gejala lokal di daerah infeksi berupa bintil-bintil berisi cairan yang berkelompok dan terasa nyeri. Bintil-bintil kecil ini mudah pecah dan berwarna kemerahan pada alat kelamin dan sekitarnya. Saat buang air kecil akan timbul nyeri yang lebih kuat. Herpes juga bisa ditemui pada daerah mulut dan hidung, mata, jari, dan tangan.
Infeksi yang terjadi di trimester awal bisa menyebabkan janin tak tertolong dan gugur. Bila infeksi menyerang di trimester kedua dan ketiga, risikonya adalah lahir prematur, yang dibarengi berbagai bentuk komplikasi kecacatan maupun kematian.
Infeksi yang didapat akibat proses kelahiran disebut herpes neonatal. Infeksi bisa terjadi di kulit, mata, mulut, serta organ bayi lainnya. Bayi yang tertular ini tidak boleh dirawat bersama bayi lainnya. Karenanya, ibu bersalin yang terinfeksi herpes simpleks biasanya ditolong dengan tindakan sesar untuk mengurangi risiko penularan pada bayi. Sedangkan ibu hamil yang pernah terinfeksi HSV, tetapi pada vaginanya tidak terdapat bintil-bintil, boleh tetap melahirkan secara normal. Bila infeksi HSV terjadi atau kambuh selama kehamilan, pemberian obat antivirus akan dilakukan sejak kehamilan 36 minggu untuk menurunkan risiko penularan pada proses persalinan. Pencegahan penularan kepada bayi baru lahir perlu dilakukan dengan cara mencuci tangan sebelum memegang bayi, mencegah kontak bayi dengan lesi pada ibu. Anggota keluarga yang mempunyai herpes di dekat mulut dilarang mencium bayi.
KOMENTAR